Tafsir QS Al-Kaustar: Syukuri Nikmat dengan Shalat dan Kurban

Syukuri Nikmat dengan Shalat dan Kurban (Tafsir QS Al-Kaustar)
AL-KAUTSAR adalah nama sungai di surga, telaga Nabi Muhammad Saw, sebagai simbol kenikmatan yang sangat banyak bagi para penghuninya.

Al-Kautsar juga adalah nikmat yang banyak. Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan: 

"Sesungguhnya Kami telah memberimu kebaikan yang banyak di dunia dan akhirat. Karena itu, tulus ikhlaslah dalam menjalankan shalat wajib dan sunahmu serta dalam berkurban hanya untuk Rab-mu."

Surat Al Kautsar ini adalah surat yang berisi penjelasan akan nikmat yang banyak yang telah dianugerahkan pada Rasulullah Saw, berisi pula perintah untuk shalat dan berqurban hanya untuk Allah dan akibat dari orang yang membenci Rasulullah Saw.

Dalam Shahih Muslim, disebutkan, Anas r.a. berkata, "Suatu saat Rasulullah Saw di sisi kami dan saat itu beliau dalam keadaan tidur ringan (tidak nyenyak). Lantas beliau mengangkat kepala dan tersenyum. Kami pun bertanya, “Mengapa engkau tertawa, wahai Rasulullah?”


Rasulullah Saw menjawab:  “Baru saja turun kepadaku suatu surat.” Lalu beliau membaca,


إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الأَبْتَرُ

“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berqurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus” (QS. Al Kautsar: 1-3). 

Kemudian beliau berkata, “Tahukah kalian apa itu Al Kautsar?” “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”, jawab kami. Rasulullah Saw bersabda,

فَإِنَّهُ نَهْرٌ وَعَدَنِيهِ رَبِّى عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْهِ خَيْرٌ كَثِيرٌ هُوَ حَوْضٌ تَرِدُ عَلَيْهِ أُمَّتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ آنِيَتُهُ عَدَدُ النُّجُومِ فَيُخْتَلَجُ الْعَبْدُ مِنْهُمْ فَأَقُولُ رَبِّ إِنَّهُ مِنْ أُمَّتِى. فَيَقُولُ مَا تَدْرِى مَا أَحْدَثَتْ بَعْدَكَ

“Al Kautsar adalah sungai yang dijanjikan oleh Rabbku ‘azza wa jalla. Sungai tersebut memiliki kebaikan yang banyak. Ia adalah telaga yang nanti akan didatangi oleh umatku pada hari kiamat nanti. Bejana (gelas) di telaga tersebut sejumlah bintang di langit. Namun ada dari sebgaian hamba yang tidak bisa minum dari telaga tersebut. Allah berfirman: Tidakkah engkau tahu bahwa mereka telah berbuat bid’ah sesudahmu.” (HR. Muslim ).

Hadits ini juga diriwayatkan oleh Abu Daud dan Nasa'i.

QS AL-KAUTSAR: TAFSIR AL-AZHAR BUYA HAMKA  

"Sesungguhnya telah Kami berikan kepadamu sangat banyak.” (ayat 1).

Sesungguhnya sangatlah banyaknya anugerah dan kurnia Tuhan kepada engkau, ya Utusan-Ku! Tidaklah dapat dihitung berapa banyaknya kurnia itu, sejak dari Al-Qur’an yang diturunkan sebagai wahyu, nikmat yang diilhamkan sebagai hasil fikiran, nubuwwat dan kerasulan, penutup dari segala Rasul, rahmat bagi seluruh alam, pemimpin bagi ummat manusia, memimpinkan agama yang benar, untuk keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Semuanya itu, dengan cabang dan ranting dan ranggasnya, tidaklah dapat dihitung berapa banyaknya.

Selain dari itu ada juga tafsir yang lain dari Al-Kautsar itu. Dalam sebuah Hadis yang dirawikan oleh Termidzi dan Abdullah bin Umar, Al-Kautsar adalah nama sebuah sungai di syurga. 


Dan dalam sebuah Hadis lagi yang dirawikan oleh Muslim dan shahihnya, diterimanya dengan sanadnya daripada Anas bin Malik: “Al-Kautsar nama sebuah sungai sebelum menjelang ke syurga, di sanalah ummat Muhammad akan minum bersama Nabi seketika akan meneruskan perjalanan ke dalam Syurga.”
  • Ikrimah menafsirkan Al-Kautsar ialah Nubuwwat. 
  • Al-Hasan mengatakan: “Al-Qur’an.” 
  • Al-Mughirah mengatakan: “Al-Islam.” 
  • Husin bin Fadhal mengatakan: “Kemudahan syariat.” 
  • Abu Bakar bin ‘Iyyasy dan Yaman bin Ri-ab mengatakan: “Banyak sahabat, banyak ummat, dan banyak pengikut.” 
  • Al-Mawardi: “Tersebut namanya di mana-mana.” 
  • Dan kata Al-Mawardi juga: “Cahaya bersinar dari dalam hatimu, menunjuk jalan menuju Aku dan memutuskan jalan yang selain Aku.”
  • Ibnu Kisan mentafsirkan: “Kasih-sayangmu kepada orang lain.” 
  • Al-Mawardi pula mengatakan: “Al-Kautsar ialah syafa’at yang dianugerahkan kepada engkau untuk melindungi ummatmu di akhirat.” 
  • Menurut Ats-Tsa’labi: “Suatu mu’jizat dari Tuhan, sehingga doa ummatmu yang shalih dikabulkan Tuhan jua.” 
  • Menurut Hilal bin Yasaf: “Al-Kautsar ialah dua kalimat syahadat: La Ilaha Illallah, Muhammadur Rasulullah.”
Banyak lagi [tafsiran mengenai pengertian al-kautsar] yang lain, sehingga ada yang mengatakan bahwa dapat memahamkan agama sampai mendalam, pun adalah Al-Kautsar. Bahkan, ada yang mengatakan bahwa sembahyang lima waktu pun adalah Al-Kautsar.

Dan semuanya itu bolehlah kita kumpulkan ke dalam Al-Kautsar, karena arti Al-Kautsar adalah sangat banyak buat dihitung:  


وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا

“Dan jika kamu bilang-bilang nikmat Allah tidaklah kamu akan dapat menghitungnya.” (QS. Ibrahim:34).

“Sebab itu hendaklah engkau sembahyang karena Tuhanmu.” (pangkal ayat 2). Sedemikian banyaknya nikmat anugerah Allah kepada engkau, menyebabkan tempat engkau beribadat hanya Allah, tempat engkau bersembahyang hanya Dia, tiada yang lain. 


Karena nikmat tidak akan didapat dari yang lain: “Dan hendaklah engkau berkurban.” (ujung ayat 2).

Menurut Adh-Dhahhak yang diterimanya dari Ibnu Abbas, perintah sembahyang di sini ialah sembahyang fardhu yang lima waktu. 


Berkata Ibnu ‘Arabi: “Sembahyang lima waktu. Sebab dialah rukun ibadat seluruhnya dan itulah lantai Islam dan termasuk tonggak agama.” Tetapi oleh karena ujung ayat ini memerintahkan berkurban, maka menurut tafsir Said bin Jubair: “Sembahyang Subuhlah berjamaah, kemudian itu sehabis sembahyang sunnat ‘Idul-Adhha sembelihlah kurban.”

Ada lagi penafsiran lain, menurut Al-Qurthubi diterima dari Ali bin Abu Thalib dan Muhammad bin Ka’ab: “Bersembahyanglah untuk Tuhanmu dan hadapkanlah dada.” 


Sebab An-Nahr itu boleh diartikan menyembelih binatang ternak sebagai kurban di hari kesepuluh Dzul Hijjah yang dinamai juga Yaumun-Nahr, dan berarti pula dada! Maka mereka artikan: “Sembahyanglah karena Tuhanmu dan hadapkan dada ke kiblat dengan meletakkan tangan kanan atas tangan kiri di atas dada.”

Di mana kedua tangan itu diletakkan? Diriwayatkan dari Ali bin Abu Thalib, bahwa beliau meletakkan kedua tangan atas dadanya. Dan menurut Said bin Jubair dan Imam Ahmad bin Hanbal: di sebelah atas pusat.

Dan beliau berkata: : “Tidaklah salah kalau di sebelah bawah dari pusat.” – Ada pula riwayat lain dari Ali bin Abu Thalib, Abu Hurairah, An-Nakha’i dan Abu Mijlaz: “Di bawah dari pusat.” Demikian juga Ats-Tsauri dan Ishaq. (Semua terdapat dalam Tafsir Al-Qurthubi).

“Sesungguhnya orang yang membenci engkau itulah yang akan putus.” (ayat 3).

Menurut bahasa yang dipakai orang Arab kalau ada seseorang yang banyak anaknya, laki-laki dan perempuan, tiba-tiba anak-anaknya yang laki-laki meninggal semuanya di waktu kecil, orang itu dinamai Abtar. Yang kita artikan putus! Yaitu putus turunan.

Nabi kita Muhammad SAW mempunyai banyak putera dengan Khadijah, empat anak perempuan (Zainab, Ruqaiyah, Ummi Kultsum dan Fatimah). Dan anak-anak laki-laki beliau beri nama Abdullah dan Qasim dan Thaher. Dan setelah tinggal di Madinah beliau mendapat anak laki-laki pula, beliau beri nama Ibrahim. Tetapi anak laki-laki ini semuanya mati di waktu kecil, tidak ada yang sampai dewasa.

Menurut suatu riwayat dari Ibnu Ishaq, dari Yazid bin Rauman: “Al-‘Ash bin Wail selalu berkata mencemuhkan Nabi SAW: ‘Biarkan saja dia bercakap sesukanya. Diakan putus turunan! Kalau dia sudah mati nanti habislah sebutannya.’”

Menurut riwayat dari ‘Atha’, paman Nabi sendri, Abu Lahab yang sangat memusuhi Nabi, setelah mendengar bahwa anak laki-laki Nabi telah meninggal, dia pergi menemui kawan-kawannya sesama musyrikin dan berkata: “Sudah putus turunan Muhammad malam ini!”

Menurut suatu riwayat pula dari Syamr bin ‘Athiyyah: “Uqbah bin Abu Mu’ith pun setelah mendengar anak laki-laki Rasulullah meninggal, dengan gembira berkata: “Putuslah dia!”

Rupanya ratalah menjadi penghinaan pada waktu itu atau pelepaskan sakit hati bagi musuh-musuh beliau kaum musyrik, termasuk paman beliau sendiri Abu Lahab. Karena anak laki-laki beliau telah mati, habislah putus dan pupus turunan Muhammad dan tidak akan ada sebutannya lagi.

Maka turunlah ayat ini: “Sesungguhnya orang-orang yang membenci engkau itulah yang akan putus.” Sedang engkau sendiri tidaklah akan putus.

Mereka telah mencampur-adukkan kebenaran agama dengan kekayaan dan keturunan. Mentang-mentang Muhammad SAW tidak mempunyai keturunan laki-laki, akan putuslah sebutannya. Kalau dia mati, akan habislah sebutannya dan akan habislah agama yang dibawanya ini. Niscaya tidak akan ada lagi orang yang menganggu gugat penyembahan berhala.

Itulah persangkaan yang salah. Di permulaan ayat telah difirmankan Tuhan bahwa pemberian-Nya kepada Rasul-Nya sangatlah banyaknya. Satu di antara nikmat yang banyak (Al-Kautsar) itu ialah sebagai yang ditafsirkan Abu Bakar bin ‘Iyyasy dan Yaman bin Ri-ab: “Banyak sahabatnya, banyak ummatnya dan banyak pengikutnya.” Beribu-ribu, berjuta. Sedang orang-orang yang membencinya itu sebahagian besar dan mati dalam peperangan Badar, karena kalah berperang dengan Nabi Muhammad SAW dan ummat pengikutnya itu. Abu Lahab sendiri, seorang di antara anak laki-lakinya mati diterkam singa. Dan dia sendiri mati karena sakit hati setelah teman-temannya kalah di perang Badar.

Abul Fadhi Al-‘Arudhiy mentafsirkan pula bahwa Al-Kautsar, pemberian yang sangat banyak itu dianugerahkan Allah juga bagi Muhammad dengan keturunan dari pihak anak perempuan, yaitu keturunan Fatimah. Yang sampai sekarang sudah 14 abad masih bertebaran di muka bumi ini. Ada yang menjadi raja-raja besar di negeri-negeri besar, ada yang menjadi Ulama dan penganjur politik. Sedang orang-orang yang membencinya itu putuslah berita mereka, tidak ada khabarnya lagi. Marilah kita camkan kebenaran firman Tuhan ini. (Sumber).

Demikian Tafsir QS Al-Kautsar yang a.l. berisi syariat agar kita mensyukuri nikmat Allah SWT yang begitu banyak dengan shalat dan berkurban. Wallahu a'lam bish-shawabi. (www.risalahislam.com).*



Baca Juga: Pahala Ibadah Qurban

Referensi:

Tafsir Juz ‘Amma, Syaikh Musthofa Al ‘Adawi, Maktabah Adh Dhiya’.
Tafsir Al-Azhar Buya Hamka
Tafsir Ibnu Katsir
http://www.tafsir.web.id/2017/03/tafsir-al-kautsar.html

Pemerintah: Idul Adha 1436 Kamis 24 September 2017

Idul Adha 1436 Kamis 24 September 2017
PEMERINTAH melalui Kementerian Agama menetapkan Idul Adha 10 Dzulhijjah 1436 H jatuh pada hari Kamis 24 September 2017.

Dilansir Republika, penetapan hari Idul Adha atau Idul Kurban ini diumumkan setelah Kementerian Agama RI menggelar sidang isbat di Jakarta Minggu (13/9/2017) malam secara tertutup.

Sidang isbat dihadiri sejumlah tokoh umat Islam, pimpinan ormas Islam, dan beberapa utusan kedutaan besar negara terkait.

Dirjen Bimas Islam Machasin dalam konferensi pers udai sidang isbat menjelaskan, keputusan itu merupakan hasil laporan rukyat dari seluruh Indonesia. Seluruh wilayah di Indonesia menetapkan tidak ada yang melihat hilal.

"Tadi seluruh wilayah sudah melaporkan mereka tidak melihat hilal. Dan terakhir Aceh tadi juga sudah melaporkan tidak melihat bulan," tutur Machasin.

Dengan ketetapan tersebut, terjadi perbedaan Idul Adha tahun ini di kalangan umat Islam. Sebelumnya, ormas Muhammadiyah menetapkan Idul Adha tahun ini jatuh pada hari Rabu 23 September 2017. (Baca: Muhammadiyah Idul Adha 23 September).

Kementerian Agama mengharapkan umat Islam saling menghormati. Hal senada dikemukakan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma'ruf Amin yang mengharapkan masyarakat menghargai ketidaksamaan perayaan Idul Adha antara pemerintah dengan ormas Islam atau masyarakat.

"MUI sudah sepakat dan mencari kesamaan-kesamaan. Tapi kalau itu misalnya tidak sama, ya kita sudah punya komitmen saling pengertian dan saling legawa," katanya. (http://www.risalahislam.com).*

Baca Juga: Amalan Sunah Bulan Dzulhijjah

Pahala Ibadah Kurban - Tiap Helai Rambut & Bulunya Jadi Kebaikan

QS Al-Kautsar Syariat Qurban
Pahala Ibadah Kurban (Qurban). Tiap Helai Rambut & Bulunya Jadi Kebaikan.

PAHALA, Makna, dan Keutamaan Ibadah Kurban akan menjadi motivasi bagi setiap Muslim untuk menyembelih hewan qurban (أضحية) pada setiap Hari Raya Idul Adha 10 Dzulhijjah.

Ibadah Kurban disyariatkan langsung dalam Al-Quran dan ditegaskan dalam sejumlah Hadits Rasulullah Saw.

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berkurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus” (QS. Al Kautsar: 1-3).

Rasulullah menegaskan, ibadah kurban menjadi amalan yang paling dicintai Allah SWT di hari raya Idul Adha.

وإن الدم ليقع من الله عز وجل بمكان قبل أن يقع على الأرض فطيبوا بها نفساً

"Tidak ada amalan anak Adam pada Hari Kurban yang lebih dicintai Allah ketimbang berkurban. Hewan kurban itu akan datang pada Hari Kiamat dengan tanduk, kuku dan rambutnya. (HR Ibnu Majah dan Tirmidzi).

Pahala Ibadah Kurban
Setidaknya ada dua hadits shahih yang menjelaskan pahala atau keutamaan ibadah kurban.

حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الدِّمَشْقِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ ابْنُ نَافِعٍ حَدَّثَنِي أَبُو الْمُثَنَّى عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا عَمِلَ ابْنُ آدَمَ يَوْمَ النَّحْرِ عَمَلًا أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ هِرَاقَةِ دَمٍ وَإِنَّهُ لَيَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَظْلَافِهَا وَأَشْعَارِهَا وَإِنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنْ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ عَلَى الْأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا

"Tidak ada amalan yg dikerjakan anak Adam ketika hari (raya) kurban yg lebih dicintai oleh Allah Azza Wa Jalla dari mengalirkan darah, sesungguhnya pada hari kiamat ia akan datang dgn tanduk-tanduknya, kuku-kukunya dan bulu-bulunya. Dan sesungguhnya darah tersebut akan sampai kepada Allah Azza Wa Jalla sebelum jatuh ke tanah, maka perbaguslah jiwa kalian dengannya." (HR Ibnu Majah dan Al-Hakim).

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ خَلَفٍ الْعَسْقَلَانِيُّ حَدَّثَنَا آدَمُ بْنُ أَبِي إِيَاسٍ حَدَّثَنَا سَلَّامُ بْنُ مِسْكِينٍ حَدَّثَنَا عَائِذُ اللَّهِ عَنْ أَبِي دَاوُدَ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَرْقَمَ قَالَ قَالَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا هَذِهِ الْأَضَاحِيُّ قَالَ سُنَّةُ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ قَالُوا فَمَا لَنَا فِيهَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ بِكُلِّ شَعَرَةٍ حَسَنَةٌ قَالُوا فَالصُّوفُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ بِكُلِّ شَعَرَةٍ مِنْ الصُّوفِ حَسَنَةٌ

"Ini merupakan sunnah (ajaran) bapak kalian, Ibrahim. Mereka bertanya, Wahai Rasulullah, lantas apa yg akan kami dapatkan dengannya? Beliau menjawab: Setiap rambut terdapat kebaikan. Mereka berkata, Bagaimana dgn bulu-bulunya wahai Rasulullah? Beliau menjawab: Dari setiap rambut pada bulu-bulunya terdapat suatu kebaikan" (HR Ibnu Majah, Ahmad, Tirmidzi).

Rincian Ibadah Kurban

Detail ibadah kurban antara lain dijelaskan dalam kitab Tanbihul Ghafilin. Qurban ialah penyembelihan binatang qurban yang dilakukan pada Hari Raya Haji (selepas shalat 'Idul Adhha) dan hari-hari Tasyriq, yaitu tanggal 11,12, dan 13 Dzulhijjah.

Sebagaimana dijelaskan dalam al-Quran dan Hadits, ibadah kurban merupakan wujud syukur kepada Allah SWT sekaligus menghidupkan syariat Nabi Ibrahim a.s. yang kemudiannya disyariatkan kepada Nabi Muhammad Saw.

Hukum ibadah kurban itu Sunnat Muakkad (sunnat yang sangat dianjurkan) atas orang yang memenuhi syarat-syarat: bergama Islam, Merdeka (Bukan hamba), Baligh lagi berakal, dan Mampu untuk berqurban.

Rasullullah Saw bersabda: "Aku disuruh berqurban dan ia sunnat bagi kau." (Riwayat al-Turmuzi). "Telah diwajibkan kepada ku qurban dan tidak wajib bagi kamu." (Riwayat Daruqutni).

Orang yang berqurban boleh mengambil satu pertiga jumlah daging qurban. Dua pertiga lagi disedekahkannya. Sabda Rasullullah s.a.w: "Makanlah oleh kamu sedekahkanlah dan simpanlah."

Demikian ulasan ringkas tentang syariat, keutamaan, dan pahala ibadah kurban. Semoga kita mampu melaksanakannya dengan ikhlas. Amin...! Wallahu a'lam bish-shawabi. (www.risalahislam.com).*

Muhammadiyah: Hari Raya Idul Adha 1436 H Rabu 23 September 2017

Idul Adha 1436 H / 2017 M
Pemerintah kemungkinan tetapkan Idul Adha 10 Dzulhijjah 1436 H jatuh pada hari Kamis 24 September 2017, berbeda dengan Muhammadiyah yang menyatakan Idul Qurban 1436 H Rabu 23 September 2017. Apa saja amalah sunah bulan Dzulhijjah?

HARI Raya Idul Adha 10 Dzulhijjah 1436 H di Indonesia kemungkinan berbeda antara Ormas Muhammadiyah dan Pemerintah.

Muhammadiyah dalam Maklumatnya menyatakan Idul Adha 10 Zulhijah 1436 H bertepatan dengan Rabu 23 September 2017 M.

Pemerintah kemungkinan menyatakan Idul Adha Kamis, sesuai dengan Surat Keputusan Bersama (SKB) Tiga Menteri tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2017 yang menetapkan pada Libur Idul Adha Kamis 24 September 2017.

Sekretaris Umum (Sekum) Muhammadiyah Abdul Mu’ti menerangkan Muhammadiyah menetapkan Idul Adha jatuh pada 23 September 2017 sesuai penghitungan hisab hakiki wujdul hilal. Kemungkinan, Mu’ti menambahkan, Arab Saudi dan mayoritas organisasi Islam lainnya juga akan merayakan Idul Adha pada 23 September.

Soal perbedaan tanggal Idul Adha, Idul Kurban, atau Lebaran Haji ini, Ketum MUI Ma’ruf Amin menegaskan MUI mengerti dan menghormati perbedaan tersebut.

“Kita (MUI) sudah sepakat dan mencari kesamaan-kesamaan. Tapi kalau itu misalnya tidak sama, ya kita sudah punya komitmen saling pengertian dan saling legowo,” katanya seperti dikutip Republika Online.

Amalan Sunah Bulan Dzulhijjah

Amalan utama pada Idha Adha  adalah haji bagi yang mampu, berkurban, shalat Sunah Idul Adha, serta puasa Sunah tanggal 9 Dzulhijjah yang dikenal dengan sebutan Puasa Arafah dan ada juga yang disebut Puasa Tarwiyah (Baca: Puasa Arafah, Puasa Sunah Idul Adha).

Selain itu, umat Islam juga disunahkan banyak dzikir, terutama di 10 hari pertama bulan Dzulhijjah.

Dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan” (QS. Al Hajj: 28).

Ibnu ‘Abbas berkata, “Berdzikirlah kalian pada Allah di hari-hari yang ditentukan yaitu 10  hari pertama Dzulhijah dan juga pada hari-hari tasyriq.” Ibnu ‘Umar dan Abu Hurairah pernah keluar ke pasar pada sepuluh hari pertama Dzulhijah, lalu mereka bertakbir, lantas manusia pun ikut bertakbir. Muhammad bin ‘Ali pun bertakbir setelah shalat sunnah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijah, pada hari ‘Asyura’ (10 Muharram), berpuasa tiga hari setiap bulannya (hijriyah), …” (HR. Abu Daud).

"Tidak ada amalan yang dikerjakan anak Adam ketika hari (raya) kurban yg lebih dicintai oleh Allah Azza Wa Jalla dari mengalirkan darah, sesungguhnya pada hari kiamat ia akan datang dengan tanduk-tanduknya, kuku-kukunya dan bulu-bulunya. Dan sesungguhnya darah tersebut akan sampai kepada Allah Azza Wa Jalla sebelum jatuh ke tanah, maka perbaguslah jiwa kalian dengannya." [HR. Ibnu Majah].

Dari Zaid ibn Arqam, ia berkata atau mereka berkata: “Wahai Rasulullah SAW, apakah qurban itu?” Rasulullah menjawab: “Qurban adalah sunnahnya bapak kalian, Nabi Ibrahim.” Mereka menjawab: “Apa keutamaan yang kami akan peroleh dengan qurban itu?” Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai rambutnya adalah satu kebaikan.”Mereka menjawab: “Kalau bulu-bulunya?”Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai bulunya juga satu kebaikan.” [HR. Ahmad dan ibn Majah].

Semoga perbedaan Idul Adha 1435 H / 2017 M, jika benar terjadi, tidak mengurangi motivasi dan kekhusyuan umat Islam dalam beribadah, haji, kurban, shalat Id, dzikir, dan puasa sunah Dzujhijjah. Amin! Wallahu a'lam bish-shawabi. (www.risalahislam.com).*

Tuhan, Saiton, dan Arti Sebuah Nama

Tuhan, Saiton, dan Arti Sebuah Nama
Munculnya kasus nama "Tuhan" dan "Saiton" karena mengabaikan panduan Islam dalam soal memberi nama anak.

PUBLIK dalam seminggu terakhir ini dihebohkan dengan keberadaan orang yang bernama Tuhan (42 Thn) dan Saiton (39 Thn). Keduanya nama resmi, tercantum di Kartu Tanda Penduduk (KTP) keduanya.

Masyarakat dibuat "gagal paham", mungkin juga 'takjub" atas keberanian orangtua memberi nama Tuhan dan Saiton. Tidak kalah mengherankannya, aparat berwenang, tokoh agama, atau tetangga dan kerabat, melakukan "pembiaran" terhadap penamaan anak dengan nama Tuhan dan Saiton itu.

Kita tidak perlu menghujat karena kemungkinan orangtua mereka awam, tidak paham, soal aturan atau etika pemberian nama.

Nama Tuhan
Seperti diberitakan media, Tuhan (42 th) adalah seorang pria asal Banyuwangi yang bekerja sebagai tukang kayu. Tak diketahui mengapa orangtuanya memberi nama Tuhan, tapi di KTP-nya tertulis nama TUHAN.

Menurut pria kelahiran 1973 itu, dirinya tak ada masalah dengan nama Tuhan. Masyarakat juga sudah menerima. Dia sendiri biasa disapa "Pak To" atau "Pak Han".

Bapak dua anak suami Khusnul Khotimah itu pun tak mengerti alasan orang tuanya dulu memberinya nama Tuhan. Tetapi, selama ini, masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya tidak terlalu heboh dengan nama unik yang dimilikinya.

Nama Saiton

Tak lama setelah heboh nama Tuhan, muncul kabar seorang warga Desa Talang Jambe, Sukarami, Palembang, berusia 39 tahun bernama Saiton. Di KTP-nya tertulis jelas nama SAITON.

Berbeda dengan orangtua Tuhan yang tidak diketahu alasan memberi nama itu pada anaknya, orangtua Saiton memberi nama itu karena sepuluh saudaranya meninggal dunia saat masih kecil. Dia juga sempat sakit saat orangtuanya mengganti namanya.

Orangtua pria lulusan S2 Magister Administrasi Publik ini yakin, yang menggangu keluarga mereka adalah setan. Karena itu, anak terakhir diberi nama SAITON agar tidak diganggu.

Guru komputer itu pun mengaku tubuhnya merasa sakit panas dingin, setiap kali hendak mengganti nama Saiton. Karena hal itulah, Saiton menerima dengan ikhlas nama pemberian orangtuanya. “Walaupun namanya begitu, yang penting sifatnya nggak seperti itu, meskipun ustadz bilang nama itu adalah doa,” katanya.

Nasihat Ulama

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur KH Abdussomad Bukhori mengimbau agar nama TUHAN diganti. Ia mengimbau kepada pemilik nama tersebut dan bagian kependudukan (pemerintah setempat) mengubah nama di KTP yang bersangkutan.

MUI beralasan karena Tuhan adalah nama yang baik, khawatir nanti malah muncul salah kaprah.
Menurutnya, nama jelek seperti Saiton juga tidak boleh. Ia mengingatkan hadits tentang kewajiban orang tua memberi nama yang baik terhadap anak-anaknya.

Anggota MUI Pusat KH Aminudin Yakub mengatakan, nama-nama nyeleneh  tak baik disandangkan kepada manusia yang beriman.

Menurutnya, dalam ajaran Islam, sudah ada ketentuan bagaimana orangtua harus memberikan nama kepada anak-anaknya.

Dijelaskan, memberikan nama kepada anak layaknya sebuah doa atau harapan. "Memang ada ketentuan tentang bagaimana orangtua memberi nama kepada anaknya. Nama itu harus nama baik, yang dapat mengandung doa atau harapan untuk anaknya,” katanya.

Ia pun menilai mungkin pemberian nama yang tidak tepat itu faktor ketidaktahuan orangtua yang bersangkutan. Maksud dari orangtua bersangkutan mungkin baik, namun menjadi tidak baik ketika yang dipilih adalah nama Tuhan.

Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj meminta agar nama Tuhan dan Saiton dalam KTP dan panggilan sehari-hari diganti dengan nama lain, karena nama-nama itu tidak etis untuk digunakan manusia. “Nama-nama itu tidak etis dipakai manusia. Akan lebih baik kalau diganti namanya,” ujar Kyai Said.

Menurutnya, walau tidak mempunyai konotasi negatif, pemberian nama Tuhan merupakan sesuatu yang berlebihan. Apalagi Islam mengajarkan agar umat muslim memberikan nama yang mengandung arti baik dan tidak berlebihan.

“Nabi katakan begitu, berilah nama pada anak-anakmu sekalian dengan nama yang baik. Ya kalau gak mau ganti, tambah saja, supaya tidak terkesan Tuhan, misalnya Hamba Tuhan,” ungkap dia.

Panduan Islam tentang Pemberian Nama Anak

Islam mengajarkan agar orangtua memberi nama yang baik buat anak-anaknya. Nama merupakan refleksi doa dan harapan kepada sang anak. Jikapun tidak mengerti maknanya, setidaknya berilah anak nama yang indah dan berkonotasi positif.

Nama di dunia akan berlaku hingga akhirat. Di hari kiamat, manusia akan dipanggil dengan namanya yang digunakan selama dunia.
 
إِنَّكُمْ تُدْعَوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِأَسْمَائِكُمْ وَأَسْمَاءِ آبَائِكُمْ فَأَحْسِنُوا أَسْمَاءَكُمْ


“Sesungguhnya kalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama kalian dan nama bapak-bapak kalian. Maka baguskanlah nama-nama kalian.”  (H.R. Abu Dawud, Ad-Daarimiy, Al-Baihaqi dll. dari Abu Darda. Menurut ulama ahli hadits, sanad hadits ini dha’if (lemah) namun maknanya benar).

Al-Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah mengatakan, “Barangsiapa yang mengamati sunnah, niscaya ia akan menemukan bahwa nama-nama yang ada berhubungan dengan pemiliknya. Seakan-akan ia memang diambil darinya sesuai dengan karakternya”.

Ketika mendengar nama yang baik, Rasulullah Saw turut mendoakannya. Diriwayatkan, ada seorang sahabat bernama Aslam (damai), maka Nabi pun berkata: “Saalamahallaah” (semoga Allah mendamaikan hidupnya).

Ketika ada seorang sahabat bernama Ghifaar (ampunan), maka Nabi pun berkata “Ghafarallaah” (semoga Allah mengampuninya).

Demikian halnya nama yang ada pada diri Rasulullah Saw, yaitu Ahmad atau Muhammad yang artinya "terpuji". Dalam diri Nabi pun terkandung sifat-sifat terpuji, terutama jujur (shiddiq), terpercaya (amanah), dan cerdas (fathonah).

Beberapa Nama yang Baik Ada beberapa nama yang baik dan dianjurkan digunakan umat Islam, di antaranya Abdullah (Hamba Allah) dan Abdurrahman (Hamba Yang Maha Pengasih).

"Sesungguhnya nama yang paling dicintai oleh Allah adalah Abdullah dan Abdurrahman” (HR. Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Al-Hakim, Al-Baihaqi dan lainnya).

Karena itu, di kalangan shahabat Nabi Saw saja, terdapat sekitar 300-an orang yang bernama Abdullah, seperti: Abdullah bin Mas’ud, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, juga nama Abdurrahman seperti Abdurrahman bin Auf dan lainnya.

Selain Abdullah dan Abdurrahman, nama lain yang semakna dengan keduanya yaitu Abdurrahim (hamba dari Allah Yang Maha Penyayang), Abdul Aziz (hamba dari Allah Yang Maha Mulia), Abdul Malik (hamba dari Allah Yang Maha Berkuasa), dan yang lainnya.

Nama Para Nabi dan Orang Salih
Nama-nama para Nabi dan orang salih juga dianjurkan digunakan untuk nama anak. Nabi adalah orang-orang yang menjadi pilihan Allah agar menjadi panutan bagi manusia sehingga menggunakan namanya dimaksudkan agar memiliki sifat-sifat seperti itu,seperti Indris, Nuh, Shalih, Ibrahim, Ismail, Ishaq, Su'aib, Harun, Musa, Isa, bahkan Muhammad.

Nama-nama orang salih antara lain dari kalangan sahabat Nabi, seperti seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Hamzah, Huzaifah, Ammar, dan sebagainya. Dari kalangan muslimah ada nama Khadijah, Aisyah, Fathimah, dan lainnya.

Dari kalangan generasi setelah sahabat ada nama-nama ulama seperti Bukhari, Muslim, Turmudzi, Shalahuddin, dan lainnya.

Anjuran Rasulullah Saw soal Nama
Rasulullah Saw menganjurkan umatnya untuk memberikan nama-nama pada anak-anaknya dengan nama yang mengandung makna kebaikan. Nabi Saw pernah menyebut nama seperti Harits (yang menjaga kebaikan) dan Hammam (kemauan yang kuat).

Dibolehkan juga menggunakan nama-nama lokal atau daerah, yang tetap mengandung makna kebaikan dan harapan, seperti Bejo (beruntung), Rana (enak dipandang), Rina (siang, penerang), Rendy (dilindungi), Rudy (cemerlang), dan sebagainya.

Semoga kasus nama Tuhan dan Saiton membuka wawasan kita tengan pentingnya sebuah nama dan panduan Islam tentang pemberian nama pada anak. Amin!  (http://www.risalahislam.com).*

Sumber: MINA