Awas!, Riya Terselubung


          Syaitan tidak berhenti berusaha menjadikan amalan anak Adam tidak bernilai di sisi Allah. Diantara cara jitu syaitan adalah menjerumuskan anak Adam dalam berbagai model riyaa’. Sehingga sebagian orang “KREATIF” dalam melakukan riyaa’, yaitu riyaa’ yang sangat halus dan terselubung. Diantara contoh kreatif riyaa’ tersebut adalah :

Pertama : Seseorang menceritakan keburukan orang lain, seperti pelitnya orang lain, atau malas sholat malamnya, tidak rajin menuntut ilmu, dengan maksud agar para pendengar paham bahwasanya ia tidaklah demikian. Ia adalah seorang yang dermawan, rajin sholat malam, dan rajin menuntut ilmu. Secara tersirat ia ingin para pendengar mengetahui akan amal ibadahnya.

Model yang pertama ini adalah model riya’ terselubung yang terburuk, dimana ia telah terjerumus dalam dua dosa, yaitu mengghibahi saudaranya dan riyaa’, dan keduanya merupakan dosa besar. Selain itu ia telah menjadikan saudaranya yang ia ghibahi menjadi korban demi memamerkan amalan sholehnya

Kedua : Seseorang menceritakan nikmat dan karunia yang banyak yang telah Allah berikan kepadanya, akan tetapi dengan maksud agar para pendengar paham bahwa ia adalah seorang yang sholeh, karenanya ia berhak untuk dimuliakan oleh Allah dengan memberikan banyak karunia kepadanya.

Ketiga : Memuji gurunya dengan pujian setinggi langit agar ia juga terkena imbas pujian tersebut, karena ia adalah murid sang guru yang ia puji setinggi langit tersebut. Pada hakikatnya ia sedang berusaha untuk memuji dirinya sendiri, bahkan terkadang ia memuji secara langsung tanpa ia sadari. Seperti ia mengatakan, “Syaikh Fulan / Ustadz Fulan…luar biasa ilmunya…, sangat tinggi ilmunya mengalahkan syaikh-syaikh/ustadz-ustadz yang lain. Alhamdulillah saya telah menimba ilmunya tersebut selama sekian tahun…

Keempat : Merendahkan diri tapi dalam rangka untuk riyaa’, agar dipuji bahwasanya ia adalah seorang yang low profile. Inilah yang disebut dengan “Merendahkan diri demi meninggikan mutu”

Kelima : Menyatakan kegembiraan akan keberhasilan dakwah, seperti banyaknya orang yang menghadiri pengajian, atau banyaknya orang yang mendapatkan hidayah dan sadar, akan tetapi dengan niat untuk menunjukkan bahwasanya keberhasilan tersebut karena kepintaran dia dalam berdakwah

Keenam : Ia menyebutkan bahwasanya orang-orang yang menyelisihinya mendapatkan musibah. Ia ingin menjelaskan bahwasanya ia adalah seorang wali Allah yang barang siapa yang mengganggunya akan disiksa atau diadzab oleh Allah.

Ini adalah bentuk tazkiyah (merekomendasi) diri sendiri yang terselubung

Ketujuh : Ia menunjukkan dan memamerkan kedekatannya terhadap para dai/ustadz, seakan-akan bahwa dengan dekatnya dia dengan para ustadz menunjukkan ia adalah orang yang sholeh dan disenangi para ustadz. Padahal kemuliaan di sisi Allah bukan diukur dari dekatnya seseorang terhadap ustadz atau syaikh, akan tetapi dari ketakwaan. Ternyata kedekatan terhadap ustadz juga bisa menjadi ajang pamer dan persaingan.

Kedelapan : Seseorang yang berpoligami lalu ia memamerkan poligaminya tersebut. Jika ia berkenalan dengan orang lain, serta merta ia sebutkan bahwasanya istrinya ada 2 atau 3 atau 4. Ia berdalih ingin menyiarkan sunnah, akan tetapi ternyata dalam hatinya ingin pamer. Poligami merupakan ibadah, maka memamerkan ibadah juga termasuk dalam riyaa’.

Para pembaca yang budiman, ini sebagian bentuk riyaa’ terselubung, semoga Allah melindungi kita dari terjerumus dalam bentuk-bentuk riyaa’ terselubung tersebut. Tidak perlu kita menuduh orang terjerumus dalam riyaa’ akan tetapi tujuan kita adalah untuk mengoreksi diri sendiri.

Hanya kepada Allahlah tempat meminta hidayah dan taufiiq.



Sumber: firanda.com
Dikutip dari: www.dakwahmedia.net

Solusi Islam Melenyapkan Pergaulan Bebas


          Hukum rajam sampai mati bagi pelaku zina yang sudah menikah!” Jika membaca sebagian teks atau hanya melihat hukum Islam diterapkan secara parsial (misal sistem sanksi saja) mungkin akan dirasa ngeri dan seolah tidak manusiawi. Namun, bila kita melihat penerapannya secara menyeluruh akan kita rasakan, bahwa aturan Islam justru memanusiakan manusia. Tak bisa dipungkiri arus sekularisme berupa opini negatif akan penerapan Islam membuat phobitersendiri bagi umat.

Demokrasi yang menjunjung tinggi hak asasi manusia telah mengantarkan umat untuk bebas berekspresi. Umat digiring untuk bebas dalam mengekspresikan dirinya; bebas membuka aurat, pacaran, aborsi, lesbi, homo, prostitusi, perzinaan, dll. Parahnya, pelaku dan korban banyak dari kalangan generasi muda. Jika generasi yang didamba sebagai pelanjut estafet kepemimpinan sudah dirusak oleh pergaulan bebas, tentu negeri ini akan bermasa depan suram.

Seharusnya Pemerintah segera melakukan upaya serius untuk melenyapkan pergaulan bebas yang mengundang murka Allah. Pemerintah tidak perlu bingung dengan solusi seperti apa, karena Islam telah hadir dengan syariah-Nya memberikan solusi.

Ada 12 lapis solusi Islam dalam melenyapkan pergaulan bebas: (1) keimanan individu; (2) kewajiban menutup aurat bagi yang sudah balig; (3) perintah menjaga pandangan; (4) larangan ber-khalwat; (5) larangan ber-ikhtilat (campur-baur); (6) negara memberikan kemudahan dalam menikah; (7) kebolehan poligami; (8) negara menerapkan sistem ekonomi Islam yang menjamin kesejahteraan rakyat; (9) negara melarang pornografi dan mengontrol tayangan/media agar tidak merusak masyarakat; (10) sistem pendidikan Islam yang membentuk kepribadian Islam; (11) kontrol masyarakat dengan spirit amar makruf nahi mungkar; (12) penegakkan sistem sanksi Islam dengan fungsi jawabir (penebus dosa) dan jawazir (pencegahan).

Wahai umat Muslim, sudah saatnya kita menyadari bahwa hanya dengan Khilafah pergaulan bebas dapat tuntas dihentikan. Mari bangkit bersama umat mengembalikan kemuliaan Islam dan kemuliaan kaum Muslim dengan mewujudkan kembali Khilafah ‘ala Minhaj an-Nubuwwah!


Penulis: Hernani Sulistyaningsih. S.Pd.I; Admin Page Komunitas Pelajar Rindu Syariah-Khilafah

Sumber: hizbut-tahrir.or.id

Sekolah Darurat Aborsi !!


          “Kalau ditemukan janin di tempat sampah saja dianggap mengerikan, apalagi bila ditemukan di lembaga pendidikan, seharusnya masyarakat lebih prihatin, karena di lembaga pendidikan mestinya tidak boleh terjadi hal demikian”kata Kapolres Kota Palangka raya, Jukiman Situmorang saat menerima audiensi yang dilakukan Pengurus HTI DPD II Kota palangkaraya (22/04/2018).

Peristiwa aborsi ini cukup menghebohkan setelah ditemukannya janin di WC sebuah SMK di kota Palangka Raya (Jumat, 17/04/2018). Tentu saja kejadian ini mengejutkan semua pihak, sekaligus prihatin atas kondisi lembaga pendidikan saat ini. Berkembangnya Teknologi informasi dengan sangat cepat dianggap akan memicu pergaulan bebas, “cukup dengat uang Rp. 50.000 akses internet sebulan melalui smartphone bisa dilakukan dan tentunya sangat mudah untuk mengakses produk-produk pornografi”ungkapnya.

Jukiman Situmorang yang juga mantan Kasubdit III Ditreskrimsus Polda Kalteng, menyatakan; “saat ini kondisi moralitas remaja perlu mendapatkan perhatian serius. Harus ada upaya yang melibatkan semua komponen masyarakat,

Kapolres menyambut baik upaya yang dilakukan oleh HTI, khusus nya dalam upaya pencegahan terjadinya Sex Bebas dan Aborsi dikalangan remaja dan pihak kepolisian siap bekerjasama dengan pihak manapun termasuk HTI dalam rangka pencegahan kasus yang serupa. “Jangan jadikan kantor polisi hanya tempat menerima laporan korban, tetapi jadikan aparatnya yang mampu bekerjasama dengan masyarakat dalam mencegah tindakan-tindakan yang merusak” ungkapnya.

Pada kesempatan itu pula Humas HTI Kalteng, Muhammad Khomeini menyampaikan bahwa saat ini kondisi moralitas yang dasari oleh pemahaman keagamaan di tengah masyarakat khususnya kalangan remaja sangat lemah. Maka perlu adanya langkah serius semua pihak. HTI dalam hal ini melakukan upaya dengan dakwah islam yang mengajak umat islam untuk menjalankan agamanya, karena agama telah mengatur bagaimana kehidupan sosial yang harus dijalani, sehingga jauh dari perzinahan, perselingkuhan, sex bebas dll, sehingga terciptanya kehidupan masyarakat yang beradab sesuai petunjuk Allah SWT.[]MI Kalteng



Sumber: hizbut-tahrir.or.id "HTI Press, Palangkaraya."

Akibat Neoliberalisme; Rakyat Dipalak, Semua Serba Naik


          Akibat diterapkannya neoliberalisme, liberalisasi terjadi di berbagai bidang. “Liberalisasi di bidang kesehatan dapat dilihat dari program BPJS yang sejatinya memalak rakyat karena rakyat diwajibkan membayar setiap bulan, sakit tidak sakit harus membayar. Padahal kesehatan adalah tanggung jawab negara,” ujar Ustadz Rokhmat S Labib di hadapan sekitar 200 peserta Daurah Akbar: Selamatkan Indonesia dengan Syariah dan Khilafah, Ahad (19/4) di Palembang.

Selain di bidang kesehatan, Ketua DPP Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) tersebut, memaparkan liberalisasi di bidang lainnya, contoh BBM dengan dicabutnya subsidi, tarif listrik yang semakin mahal, lalu liberalisasi di bidang budaya seperti seks bebas dan aborsi, dan lain-lain.

Pengasuh rubrik Telaah Wahyu di Tabloid Media Umat juga memaparkan bahwa Indonesia terancam neoimperialisme, hal ini dapat dilihat dari undang-undang yang telah diintervensi asing.

Di samping itu, jiwa budak juga tampak pada penguasa negeri ini yang bersikap lemah terhadap perusahaan asing. “Pemerintah memberikan kebebasan untuk menjarah kekayaan alam. Freeport misalnya, Indonesia hanya diberikan royalti 1 %, itupun sudah dua tahun tidak dibayar dividennya. Apa kata pemerintah? Pemerintah mengatakan, oh tidak apa-apa, kan sudah tutup buku. Coba kalau dengan rakyat tidak bayar pajak 1 tahun apa akan dibilang sudah tutup buku?” tanyanya retorik.

Acara pun ditutup dengan mengajak peserta untuk hadir pada acara kolosal Rapat dan Pawai Akbar (RPA) yang diagendakan dilaksanakan di Benteng Kuto Besak, 10 Mei mendatang.



Penulis: Oksa Aputra/Joy
Sumber: HTI Press, Palembang.

Solusi Untuk Indonesia


          Saudaraku, kita semua tahu, negeri ini tengah dikepung oleh berbagai masalah. Sebagian orang berharap, presiden baru, Jokowi yang memiliki popularitas luas di tengah masyarakat, akan bisa menyelesaikan masalah-masalah itu, setidaknya meringankan dampak buruknya terhadap masyarakat. Nyatanya, setelah enam bulan menerima tampuk pemerintahan, berbagai masalah itu bukan teratasi, tetapi semakin meningkat dan meluas. Presiden baru itu membuat kebijakan yang membuat rakyat kian menderita. Tanpa belas kasihan, dia menaikkan harga BBM dan menghapus subsidi BBM. Akibatnya, harga-harga berbagai kebutuhan pokok dan jasa mengalami kenaikan. Harga beras, cabe, daging dan berbagai kebutuhan pokok lain terus merangkak naik. Tak hanya BBM, Pemerintah juga menaikkan harga gas LPG kemasan 12 kg dan 3 kg dan tarif listrik. Di samping itu, kurs dolar AS terhadap rupiah juga terus melonjak hingga menembus Rp 13.000 perdolar. Realita ini mulai menimbulkan kekecewaan terhadap presiden baru.

Akibatnya, hidup rakyat semakin susah dan menderita. Berbagai kejahatan seperti pencopetan, perampokan, pembegalan serta pembunuhan, peredaran narkoba dan perbuatan tindak asusila dengan dalih kebutuhan ekonomi terlihat semakin meningkat. Praktik korupsi dan menilap uang rakyat juga tak kunjung berhenti.

Apabila kita cermati, sesungguhnya semua problem itu bukan hanya kali ini saja. Sebagiannya adalah problem lama dan sebagian adalah masalah-masalah baru.

Sesungguhnya berbagai persoalan itu adalah buah dari penerapan sistem ekonomi kapitalisme di negeri hingga detail-detailnya, juga buah penerapan sistem politik demokrasi yang sesungguhnya hanya ilusi. Oleh karena itu, berbagai persoalan yang mendera negeri ini tidak mungkin dapat diselesaikan kecuali dengan menyingkirkan sistem kapitalisme dan sistem demokrasi. Solusinya tidak mungkin bisa didapatkan hanya dengan mengganti rezim, melainkan melalui perubahan sistem dan ide-ide umum tentang kehidupan. Fakta membuktikan, sejak reformasi tahun 1998, empat presiden telah silih berganti menduduki kekuasaan di Indonesia, ditambah dengan presiden sekarang (presiden kelima). Namun, keadaan negeri ini tak kunjung membaik, bahkan semakin memburuk.

Sesungguhnya kezaliman ekonomi, sistem kebebasan, ide liberalisme, sekularisme, individualisme, hedonisme dan kehidupan di dunia yang dipandang sebagai kesenangan yang harus dilampiaskan dengan nafsu dan syahwat, semuanya adalah akibat dari sikap meninggalkan hukum-hukum syariah dari realita kehidupan individu, masyarakat dan negara serta akibat dari penerapan undang-undang kufur. Karena itu sistem-sistem Barat dan ide-ide yang tidak islami harus disingkirkan dan kehidupan islami wajib dilanjutkan kembali dengan penerapan hukum-hukum syariah yang lurus melalui kekuasaan, yang eksistensinya telah diwajibkan oleh syariah yaitu, Daulah al-Khilafah.

Sesungguhnya kaum kafir penjajah, setelah meninggalkan negeri ini, mengangkat anak-anak negeri ini menjadi penguasa bayaran dan perpanjangan tangan mereka. Lalu para penguasa itu melaksanakan apa saja yang diminta oleh kafir penjajah dengan penuh semangat dan patuh. Kaum kafir itu menjadikan peradaban, sejarah, tsaqafah, kebudayaan dan jalan hidup mereka sebagai model yang wajib diikuti dan ditiru oleh orang yang menginginkan kemajuan dan kemakmuran.
Sesungguhnya Allah SWT telah mengutus Muhammad saw. dengan membawa petunjuk dan agama yanghaq sebagai rahmat untuk seluruh alam. Manusia akan terus mengalami kesengsaraan, penderitaan hidup, kehinaan dan kezaliman selama Islam ditinggalkan. Allah SWT berfirman:

﴿وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا﴾
Siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku, sesungguhnya bagi dia penghidupan yang sempit (TQS Thaha [20]: 124).

Fakta sejarah yang membentang selama lebih dari 1300 tahun adalah bukti nyata kemampuan Islam untuk memberikan kebaikan untuk manusia, baik Muslim maupun non-Muslim. Abu Yusuf di dalam kitabAl-Kharâj meriwayatkan bahwa Khalifah Umar bin al-Khaththab ra. pernah bertemu dengan orang Yahudiahludz-dzimmah yang sudah renta sedang meminta-minta dari pintu ke pintu. Lalu Khalifah Umar ra. berkata kepada dia, “Apa yang membuat Anda melakukan apa yang saya lihat ini?” Orangtua itu menjawab, “(Untuk membayar) jizyah dan memenuhi kebutuhan.” Khalifah Umar ra. lalu berkata kepada dia, “Kami tidak berlaku adil kepada Anda. Dulu kami mengambil jizyah dari Anda pada saat Anda muda, tetapi kemudian kami menelantarkan Anda saat Anda tua.” Kemudian Khalifah Umar ra. membawa orang tua itu ke rumahnya dan memberi dia apa saja yang dapat memenuhi kebutuhannya. Selanjutnya Khalifah Umar ra. mengirim dia kepada pengurus Baitul Mal dan memerintahkan pengurus Baitul Mal agar menggugurkan jizyah dari orang tua itu sekaligus memberi dia harta dari Baitul Mal.

Kemampuan Islam mewujudkan kesejahteraan untuk masyarakat telah diakui oleh para penulis yang jujur dari kalangan non-Muslim. Will Durant, dalam The Story of Civilization, vol. XIII, menulis: Para khalifah telah memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya bagi kehidupan dan kerja keras mereka. Para khalifah itu juga telah menyediakan berbagai peluang untuk siapapun yang memerlukannya dan memberikan kesejahteraan selama berabad-abad dalam wilayah yang sangat luas. Fenomena seperti itu belum pernah tercatat dalam sejarah setelah zaman mereka. Kegigihan dan kerja keras mereka menjadikan pendidikan tersebar luas hingga berbagai ilmu, sastra, filsafat dan seni mengalami kemajuan luar biasa, yang menjadikan Asia Barat sebagai bagian dunia yang paling maju peradabannya selama lima abad.

Karena itu, Saudaraku, penerapan Islam secara kaffah mengharuskan adanya institusi pelaksananya. Itulah Khilafah. Khilafah adalah satu-satunya sistem pemerintahan Islam, bukan yang lain. Secara syar’i, semua mazhab sepakat akan kewajiban menegakkan Khilafah ini. Khilafah adalah kepemimpinan umum bagi seluruh kaum Muslim di dunia untuk menegakkan hukum syariah dan mengemban dakwah ke seluruh dunia.

Dengan Khilafah umat Islam akan dipersatukan dalam satu kepemimpinan dan satu negara, di dalamnya seluruh hukum syariah Islam diterapkan secara kaffah dan dakwah Islam disebarkan ke seluruh penjuru dunia. Ketika hukum-hukum Allah diterapkan secara sempurna maka Allah SWT akan melimpahkan kebaikan dan keberkahan. Telah diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. bahwa Nabi saw. pernah bersabda:

«حَدٌّ يُقَامُ فِى الأَرْضِ خَيْرٌ لِلنَّاسِ مِنْ أَنْ يُمْطَرُوا ثَلاَثِينَ أَوْ أَرْبَعِينَ صَبَاحاً»
Satu hukum had (sanksi syariah atas kejahatan tertentu) yang ditegakkan di muka bumi lebih baik bagi manusia daripada mereka diguyur hujan selama 30 atau 40 hari (HR Ahmad).

Maka dari itu, wahai Saudaraku, apapun posisi Anda, pejabat ataupun rakyat, pemimpin atau yang dipimpin, rakyat sipil, polisi ataupun tentara; juga apapun profesi Anda, pegawai negeri atau swasta, buruh atau pengusaha, intelektual, mahasiswa maupun pelajar, kami mengajak dan menyeru Anda semua, mari berjuang bersama kami untuk menegakkan Khilafah. Songsonglah janji Allah SWT dan berita gembira Rasul-Nya saw. akan kembalinya Khilafah di muka bumi. Penuhilah panggilan Allah SWT:

﴿ياَ أَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَكُونُواْ مَعَ ٱلصَّٰدِقِينَ﴾
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kalian bersama orang-orang yang benar (TQS at-Taubah [9]: 119).






Sumber: Al Islam edisi 753

Abu Bakar Pun Pernah Bersalah dan Meminta Maaf


          Tiada manusia yang luput dari salah kecuali Rasulullah. Sebaik-baik yang bersalah adalah meminta maaf. Gharizatun baqa‘ yang tinggi terkadang menjadikan diri kita seakan susah untuk meminta maaf atau pun memaafkan. Para sahabat, manusia yang dijanjikan surga oleh Allah juga pernah melakukan kesalahan.

Alkisah, suatu ketika terjadi perselisihan diantara sahabat Rasulullah yakni, Abu Dzar dan Bilal. Abu  Dzar  marah dan berkata kepada Bilal,“Wahai anak orang kulit hitam.” Bilal pun mengadukan hal ini kepada Rasulullah. beliau lalu memanggil Abu Dzar dan bertanya, “Apakah engkau sudah menghina Fulan?“

“Benar,” jawab Abu Dzar.

Rasulullah bertanya lagi, “Apakah engkau mennyindir ibunya?”

Abu Dzar menjawab, “Siapa pun yang menghina orang lain, ayah dan ibunya pasti ikut disindirnya, ya Rasulullah.” Rasulullah menukas, “Dalam dirimu masih ada sifat jahiliyah”

Abu Dzar bertanya, “Apakah ada kesombongan dalam diriku?"

“Ya, ada.” Jawab Rasulullah.

Beliau bersabda, “Bagaimanapun mereka tetap saudara kalian. Allah swt telah menjadikan mereka berada di bawah kekuasaan kalian. Barang siapa saudaranya ada di bawah kekuasaannya, dia harus memberinya makan dari makanan yang dia makan, memberinya pakaian seperti halnya yang ia pakai, dan tidak membebaninya dengan pekerjaan melebihi kemampuannya, dia harus membantunya.”

Apakah kiranya yang dilakukan oleh Abu Dzar? Yang dilakukan oleh beliau adalah menemui Bilal lalu meminta maaf, duduk di atas tanah di depan Bilal, membungkuk hingga pipinya menempel di atas tanah seraya berkata, “Wahai Bilal, injaklah pipiku ini.“

Suatu hari terjadi dialog antara sahabat Nabi Umar bin Khattab dan Abu Bakar Ash Shiddiq. Dalam dialog tersebut Abu Bakar membuat Umar marah. Umar pun beranjak dari hadapan Abu Bakar. Lalu Abu bakar mengejar Umar seraya meminta maaf di belakangnya hingga  pengejarannya sampai ke rumah Umar. Umar lalu membanting pintu rumahnya.

Abu Bakar lantas menemui Rasulullah, duduk dan tak mengucap sepatah kata pun. Tak lama kemudian Umar menyesali sikapnya terhadap Abu Bakar, lalu Umar pergi menemui Rasulullah. Ia menceritakan seluruh kejadiannya, mulai dari tak mengacuhkan Abu Bakar hingga tak memaafkannya. Mendengar hal ini Rasulullah murka. Abu Bakar berkata, “Demi Allah ya Rasulullah, sayalah yang telah mendzaliminya, sayalah yang telah mendzaliminya.” Abu Bakar terus membela Umar dan meminta maaf untuknya.

Rasul lalu bertanya kepada sahabat lainnya, “Apakah kalian meninggalkan sahabatku ini? Ketika aku berkata, ‘Wahai umat manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah yang diutus kepada kalian,’kalian menjawabku, ‘Engkau berdusta.’ hanya abu Bakar yang menjawab, ‘Engkau benar’.”

Sungguh luar biasa sahabat Abu Bakar (orang yang membenarkan Rasul sebagai utusan tatkala orang lain mengatakan dusta). Beliau adalah sahabat Rasul yang sangat dicintainya. Surga sudah menjadi tempat kembalinya. Namun tatkala dia bersalah, tiada mengingkari kesalahannya, justru mengakuinya dan mengatakan bahwa dirinyalah yang salah. Allahu Akbar. Pertanyaannya,“Bagaimanakah dengan kita”?



Sumber: Istamti’ Bihayatika by Dr Muhammad Areifi

Paradoks Prestasi Indonesia: Kekuatan Ekonomi Baru Asia Sekaligus Pemasok Prostitusi Anak Terbesar Di Asia Tenggara



          Tanggal 3 Oktober yang lalu, ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia, Arist Merdeka Sirait memberi pernyataan kepada media bahwa sekitar 40.000 sampai 70.000 remaja perempuan Indonesia menjadi korban perdagangan seksual setiap tahunnya. Arist menambahkan, rata–rata perdagangan seksual tersebut sudah berupa sindikat dan daerah perdagangannya sudah melintasi luar wilayah hukum Indonesia yakni Nagoya, Jepang. Sebelumnya pada bulan September Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari Gumelar, bahkan menyatakan bahwa Indonesia adalah negara pemasok perdagangan anak khususnya pekerja seks komersial (PSK) di bawah umur 18 tahun yang terbesar di Asia Tenggara. Anggota Komisi VIII DPR Ledia Hanifa, menye­butkan faktor penyebab tingginya angka tersebut adalah lemahnya implementasi dua Undang-undang yakni UU Perlindungan Anak dan UU Tindak Pidana Perdagangan Orang, sementara faktor lainnya adalah problem kesejahteraan, karena modus para pelaku kejahatan ini adalah iming-iming pe­kerjaan. Artinya banyak remaja perempuan terperangkap dalam perdagangan seksual karena tuntutan ekonomi dan sulitnya lapangan kerja, mereka silau akan bujuk rayu orang yang menawarkan pekerjaan.

Di tengah dakwaan mengerikan pada kondisi sosial Indonesia, pada saat yang sama pemimpinnya justru tengah dihujani pujian sebagai kekuatan ekonomi baru Asia. Jika selama ini dunia hanya memperbincangkan kekuatan ekonomi China dan India, kini Indonesia mulai disebut-sebut sebagai raksasa baru di Asia. Hal ini terlihat jelas saat SBY membawa pulang tiga penghargaan sekaligus usai lawatannya ke New York akhir September lalu, dalam rangka menghadiri Sidang Majelis Umum PBB. Banyak pakar menilai Indonesia tengah mengalami super boom pertumbuhan ekonomi dan memiliki kemampuan luar biasa menghadapi krisis ekonomi global, dengan kata lain Indonesia dianggap potensial ‘membantu’ negara-negara Barat keluar dari krisis ekonomi global.

Ini adalah paradoks yang mengerikan bagi Indonesia yang dianggap sebagai model cemerlang demokrasi dan berhasil membangun ekonominya sebagai kekuatan ekonomi baru Asia, namun pada faktanya justru gagal menyelamatkan generasi mudanya dari belenggu kemiskinan dan justru semakin menjerumuskannya ke jurang kenistaan prostitusi anak yang keji.

Poin-poin di bawah ini merupakan catatan penting menanggapi paradoks sosial ekonomi di Indonesia :

Sebagai negara dengan kekuatan ekonomi baru, tingginya pertumbuhan ekonomi Indonesia sama sekali tidak mampu menuntaskan persoalan sosial dan kemiskinan pada masyarakatnya. Realitas tingginya angka prostitusi anak ini adalah bukti yang tidak terbantahkan, menguak sesatnya asumsi ala Kapitalis bahwa “ekonomi yang tumbuh memberi ruang bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat”. Alih-alih mensejahterakan, sistem ekonomi Kapitalis yang diadopsi Indonesia justru membuat kesenjangan makin lebar dan kemiskinan semakin menggurita. Banyak remaja perempuan akhirnya dengan mudah terperangkap jebakan prostitusi hanya karena tergiur dengan tawaran pekerjaan, bahkan para orangtuanya pun turut mendorong anak-anak gadisnya bekerja semua ini akibat tekanan ekonomi dan kesejahteraan keluarga.

Senada dengan itu, sebagai negara demokrasi Indonesia juga terbukti mandul dalam melindungi anak dari kejahatan eksploitasi. Dua Undang-undang yang sudah dimiliki Indonesia – yakni UU Perlindungan Anak dan UU UU Tindak Pidana Perdagangan Orang  – yang lahir dari rahim demokrasi negeri ini juga terbukti gagal dalam melindungi hak-hak Anak yang sejatinya merupakan generasi harapan bangsa. Biaya yang besar dan waktu yang lama dalam menyusun kedua UU ini tidak mampu membayar kerusakan generasi akibat penistaan dan belenggu kemiskinan. Wajar, karena setiap kelahiran undang-undang pro rakyat di negeri ini sudah bisa dipastikan hanya memiliki pengaruh yang sangat kecil di bawah gurita sistem politik yang berpihak untuk kepentingan elit politik, dan juga tidak berkutik di bawah disfungsi sistem ekonomi yang mengkonsentrasikan kekayaan negara di tangan segelintir orang dan memiskinkan sebagian besar rakyat.

Lebih dari itu sistem demokrasi – sekuler di Indonesia juga tidak mampu mampu bertahan melawan ganasnya watak asli Kapitalisme itu sendiri, yakni materialisme, yang menjadikan segala sesuatu hanya dinilai oleh uang, termasuk tubuh perempuan. Berbagai tindak kriminal ini hanyalah akibat alamiah dari watak falsafah Kapitalisme sendiri. Secara sistemik demokrasi melahirkan negara korporasi yang terbentuk dari simbiosis mutualisme elit politik dan pemilik modal yang tidak akan pernah berpihak pada rakyat, termasuk perempuan. Ideologi Kapitalisme terbukti sangat “berprestasi” dalam melakukan ekploitasi tubuh perempuan dalam industri entertainment, periklanan dan sebagainya, dimana semua ini akhirnya menciptakan lingkungan yang kondusif bagi sindikat-sindikat narkoba, perdagangan orang, termasuk perdagangan seksual yang semakin mengeksploitasi anak perempuan dalam kenistaan prostitusi.

Dua puluh juta generasi muda Muslimah di Indonesia akan memiliki nasib kisah yang berbeda 180 derajat, jika negeri ini menerapkan sistem Khilafah Islam. Karena Khilafah sangat kredibel dan telah teruji dalam waktu yang lama dalam menangani kemiskinan, sekaligus tetap menjaga kehormatan perempuan. Ini adalah sebuah sistem yang akan menerapkan secara komprehensif hukum-hukum ekonomi Islam yang ditentukan oleh Allah (Swt), yang mampu menciptakan kemakmuran ekonomi dan pemberantasan kemiskinan pada negeri-negeri yang diperintahnya. Pada saat yang sama Khilafah Islam juga akan menerapkan sistem sosial yang menjamin kemuliaan dan martabat perempuan, sistem yang akan melindungi dan mencegah perempuan jatuh dalam jurang kenistaan.

Khilafah – berbeda dengan sistem liberal- mempromosikan nilai-nilai Islam yang mewajibkan setiap warga negara memandang dan memperlakukan wanita dengan hormat dan penghargaan bukan dengan hasrat rendahan. Selain itu, Khilafah juga menerapkan dan memberlakukan secara ketat hukum-hukum yang melarang eksploitasi, seksualisasi dan bahkan fitnah terhadap perempuan. Sebagaimana Khilafah juga mengimplementasikan sistem sosial yang mengatur hubungan laki-laki dan perempuan sehingga melahirkan pola interaksi yang sehat yang melindungi kehormatan keduanya, sembari tetap menjamin tetap bisa aktif dalam kehidupan publik. Semua ini menciptakan sebuah masyarakat yang mampu menjaga martabat perempuan dan melindungi mereka dari jurang penderitaan.

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ وَلَـكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri tersebut beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Qs. Al-A’raf: 96)




Fika Monika Komara
Women Section – Southeast Asia
Central Media Office, Hizbut Tahrir

USTADZ FELIX SIAUW: MUSLIMAH NGGAK USAH IKUT AUDISI-AUDISIAN



          Muslimah nggak perlu audisi-audisian, karena akhlak Muslimah bukan untuk diperlombakan. Hakikat hijab justru melindungi keindahan bukan mengumbarnya. Apalagi dijadikan tontonan yang dinilai secara lahiriah dan badaniah. Hakikat kontes-kontes kecantikan itu membentuk persepsi wanita, bahwa seorang 'putri' haruslah cantik fisik dan 'mentereng', hedonisme.


Pada akhirnya kontes-kontes ini menjadikan Muslimah jadi komoditas | Muslimah akhirnya hanya dilihat dari fisik dan fisik lagi. Padahal teladan bagi Muslimah sudah jelas, Nabi pernah berucap | bahwa Maryam wanita terbaik di dunia dan Khadijah terbaik di Surga.


"Sebaik-baik wanita di surga itu Khadijah binti Khuwailid. Sebaik-baik wanita di dunia itu Maryam binti Imran.." (HR Bukhari)

Sebagai Muslimah, pun harus memiliki rasa malu, dan izzah (kehormatan), bahwa parasnya hanya layak bagi suaminya, bukan dinikmati semua. Kalaupun berniat dakwah harus dengan cara yang benar, masih banyak jalan yang bisa digunakan, nggak harus yang menyenggol kemaksiatan.

Bila serius ingin mendidik Muslimah berakhlak baik, buku-buku dan kajian-kajian masih jauh lebih baik, lebih efektif. Dan mengajarkan Muslimah terhadap teladannya jauh lebih penting dibanding dikonteskan. Kenali Khadijah, Maryam, Asiyah, Fatimah, Aisyah.

Tidak hanya di acara-acara semisal kontes-kontes Muslimah, begitupun di sosmed harusnya Muslimah malu dirinya dinikmati semua orang. Apalagi di zaman selfie sudah jadi ritual wajib, malu sudah jadi akhlak jarang, diganti keinginan untuk eksis tanpa lagi peduli etika. Begitulah secara fitrah wanita memang senang bila dikagumi, maka bersabarlah sampai engkau dikagumi oleh suamimu saja.

Inget jaman dulu tahun-tahun 90-an, kalo suka cewek, minta fotonya susaaaaah bangeeeet! Sampe nyuri-nyuri foto. Sekarang? haduh.. (-__-) Dulu saat cewek ngasih fotonya, ia sudah rela fotonya dipantengin cowok, setidaknya dulu akhlak malu lebih terjaga daripada sekarang..

Tidak ada Muslimah yang dihiasai akhlak malu kecuali memperindahnya. Ttak perlu pengakuan dengan kontes-kontes yang menilai tampak luar. Lebih baik sempurnakan sujudmu dalam heningnya malam, dan fasihkan lafadz ayatmu selepas shalat.

Saya kasitau boleh ya? :) Nggak ada suami normal, yang seneng istrinya dipantengin orang lain, apalagi lelaki lain. Keep that in mind :D






Sumber: (liputan6islam.com)
USTADZ FELIX SIAUW: MUSLIMAH NGGAK USAH IKUT AUDISI-AUDISIAN

Surat cinta domestik dapur istana



            Minggu-minggu ini dapur mulai menyediakan masakkan pembukaan, yang tujuannya untuk mengundang Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa dan organisasi ekstra kampus, ditenggarai mahasiswa menggemboskan pergerakan dalam aksi besar mahasiswa yang akan turun 20 mei 2018 mendatang, pemberitaan ihwal surat cinta mengatasnamakan Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), undang pihak istana kepada pimpinan gerakan mahasiswa sebagai nara sumber diskusi masalah kebangsaan pada 21 april 2018.

            Diskusi silakan-silakan saja, makan dan minumannya juga harus diterima kalau perlu sampai kenyang, tapi jangan terlalu kekenyangan akibatnya akan bodoh dan malas berfikir akhirnya pragmatis sebagai solusi perut kenyang, ingat diskusi harus sampai taraf kesimpulan yang benar-benar menjadi solusi bagi masyarakat kita dan tidak mengganggu agenda 20 mei 2018 komitmen membutuhkan konsistensi yang tinggi.

            Mengokohkan pemerintahan Rezim Jokowi-Jk adalah pengkhianatan dan aib bagi mahasiswa, berharap Rezim menurunkan harga barang-barang komoditas turun, ini mustahil. Kebijakan sudah di sahkan UU yang bersifat liberal di legitimasi para germo dan di lindungi para preman. kekompakan mereka itu sudah sistematis bukan lagi rahasia umum, pembicaraan di meja makan.

            Berbagai pertarungan dari banting sana-sini, adu jotos, masalah pribadi di lemparkan ke layar media publik. Masalah bangsa itu urutan kesekian ada perlunya saja diselesaikan itupun jika menebalkan kantongn mereka. Sudah tak sempat lagi bertukar pikiran kegaduhan politik ini dimulai dari KPK vs POLRI, DPRD vs PEMDA DKI Jakarta, sampai PARPOL vs Menteri sudah sama merasa kuat dan jumawa (angkuh).

            Jika memang pemerintahan Demokrasi ini dipercayai mampu menyelesaikan kegaduhan politik dan kesejatrahan masyarakat. Maka aka ada pertanyaan yang secara berurutan, kapan pertama kali demokrasi di terapkan? Hal apa saja yang sudah di selesaikan? Apakah masyarakat  itu terpuaskan? Tentu akan ada banyak jawaban yang berbelit belit, kusut dan rumit.

            Yang pasti ini akan jadi menjadi menarik, tarik ulur idealisme mahasiswa sebagai taruhan bagi rakyat Indonesia yang hanya menonton saja dilayar kaca, apakah ketidakpercayaan rakyat kepada pemerintahan akan sama di arahkan kepada mahasiswa, jangan melembek dihadapan penguasa dan pertahankanlah idealisme itu jangan pernah tergadaikan apalagi terbeli.





Penulis:   Jaunk

Panggilan jiwa, waspada pragmatisme



          Wacana menurunkan Jokowi dari kursi pemerintahan RI yang dimotori Mahasiswa, menggambarkan kesadaran intelektual terhadap kondisi negara yang karut marut. Akhir-akhir ini media memberitakan penguasa lebih sibuk berebut kekuasaan akibatnya rakyat tidak dapat perhatian, bahkan rakyat dibuat susah kepayang dengan naiknya macam-macam kebutuhan.

Sekarang para mahasiswa mulai tersadarkan setelah lama tertidur padahal kalau mereka lebih memperhatikan publik akan terlihat jelas sejak awal jokowi naik itu sudah menjadi musibah, yusuf kalla pun berkata “bisa hancur negeri ini jika jokowi naik jadi presiden”. Ternyata mereka berdualah yang membuat hancur negeri ini, ludah pun rasanya jadi manis.

Perhatikan baik-baik kawan kalian turun bukan karna uang dan perut lapar, kalian turun karna panggilan jiwa bukan, ingat Jokowi hanya bagian kecil dari pemerintahan, Jokowi hanya petugas partai yang menjalankan tugasnya sebagai anggota partai yang kebetulan dicalonkan oleh mamanya sebagai capres & mamanya pun sama hanya berupa bagian kecil.

Kalau kawan-kawan flashback lihat rezim-rezim terdahulu yang 2 terakhir  yaitu Megawati Sukarno Putri & Susilo Bambang Yudhoyono dengan apa mereka memerintah RI, jelas mereka menggunakan sistem demokrasi apa yang terjadi, apa perubahan yang dicapai oleh mereka? Tak ada satu pun, kemudian Jokowi naik dan menggunakan sistem yang sama demokrasi juga, apakah yang lalu-lalu itu kalian lupa?

"Jokowi itu sampai saat ini bisa kita lihat, dalam pemerintahannya dia sama sekali belum membangun apapun. Bahkan semua rencana pembangunannya di dalam Nawacita sedang terancam, karena Dollar sekarang sudah Rp 13.000, parpolnya pada ribut, koruptornya diremisi. Lalu mana mungkin pembangunan bisa dimulai secara efektif," pengamat intelijen John memphi.

Ini adalah revolusi mental yang Jokowi maksud membuat mental rakyat itu represif, tersakiti, dibodohi. dengan kebijakan yang bersifat membegal, memeras, membunuh. Ditariknya subsidi BBM lalu dilepas ke pasar, naiknya tarif listrik, gas elpiji, harga-harga sembako, di perparah gaya psikopat mengambil pajak yang berlebihan.

Ketika masyarakat membutuhkan bantuan sudah sepantasnya mahasiswa membantu dengan keikhlasan & tekat yang bersungguh-sungguh. Memberikan jalan keluar kepada pemerintahan dan masyarakat terhadap masalah saat ini dengan solusi yang terakhir dan tiada duannya yaitu dengan sistem islam sajalah jalan keluar yang mampu mensejahterakan masyarakat, membebaskan negeri ini dari cengkraman kapitalisme & mengambil kembali aset-aset yang dikuasai asing lalu disalurkan kepada masyarakat.


Buktikan jika perjuangan kita itu bukan karna dorongan uang dan perut lapar, sudah di pastikan kalian akan memilih sistem islam untuk di tegakan dan akan tetapi jika semua itu hanya guyonan saja & sistem demokrasi tetap terpampang, sungguh disayangkan kita kembali terjatuh dilubang yang sama.

Penulis: Jaunk

Bunuh Diri Marak, Negara Harus Bertanggung Jawab


          Satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan seorang anak di Desa Minggiran, Kecamatan Papar, Kabupaten Kediri, ditemukan tewas di rumahnya pada Jumat (3/4) malam (Merdeka.com, 5/4). Mereka bunuh diri karena tak sanggup menanggung masalah ekonomi.

Di Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Merdeka.com (8/4) melaporkan seorang pemuda usia 23 tahun, lulusan sarjana dari salah satu perguruan tinggi di Jakarta, juga ditemukan mati bunuh diri. Diduga pemicunya karena ia tak kunjung dapat pekerjaan.

Di Bukittinggi, Sumatra Barat, seorang pemuda juga ditemukan mati bunuh diri. Sindonews.com (10/4) mengabarkan pemuda 24 tahun itu bunuh diri juga karena masalah ekonomi.

Makin Banyak


          Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, angka bunuh diri di Indonesia meningkat tajam. Pada 2010 angka bunuh diri di Indonesia mencapai 1,8 per 100.000 jiwa atau sekitar 5.000 orang pertahun. Pada 2012 naik menjadi 4,3 per 100.000 jiwa atau sekitar 10.000 pertahun.

Direktur Bina Kesehatan Jiwa Kemenkes RI dr. Eka Viora, Sp.K.J. mengatakan, “Secara global, tiap tahun lebih dari 800.000 orang mati bunuh diri, atau 1 kematian tiap 40 detik. Angka ini berdasarkan penelitian selama 10 tahun di 172 negara.” (Beritasatu.com, 11/9/2014).

Akibat Sistem Kapitalisme


          Menurut dr. Eka Viora, Sp.K.J., bunuh diri dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti psikologis, sosial, biologis, budaya dan lingkungan. Karena itu terhubung dengan berbagai sumber sangat penting untuk individu yang mungkin rentan terhadap bunuh diri (Beritasatu.com, 11/9/2014).

Menurut dr. Agung Kusumawardhani dari Departemen Psikiatri FK UI, seseorang bisa bunuh diri karena rasa putus asa. Bunuh diri juga sering dikaitkan dengan gangguan kejiwaan seperti depresi. Dalam kondisi depresi berat, seseorang acapkali bersikap pesimis, merasa hidup tak ada gunanya dan tidak mampu memikirkan jalan keluar untuk menyelesaikan masalahnya. Akibatnya, dia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.

Depresi terjadi ketika seseorang merasakan beban hidup makin berat. Saat beban hidup makin berat, sementara kemampuan menanggung beban makin kecil, maka risiko bunuh diri makin besar.

Beban hidup yang harus dihadapi oleh seseorang banyak dipengaruhi oleh faktor luar. Beban ekonomi, perceraian, ujian, tekanan kerja, tuntutan dari orang sekitar, dan sebagainya sangat erat kaitannya dengan faktor luar itu. Bahkan beban hidup yang makin berat terjadi akibat penerapan sistem kapitalisme neoliberal.

Kapitalisme memaksa negara agar tidak berperan mengurusi rakyat. Berbagai urusan rakyat diserahkan kepada swasta atau asing. Beban hidup yang harus ditanggung rakyat pun makin berat. Semua itu akibat pemiskinan struktural yang merupakan dampak langsung dari penerapan sistem kapitalisme neoliberal. Sistem ini telah mengakibatkan kekayaan hanya bertumpuk pada segelintir orang.

Akibat penerapan sistem kapitalisme neoliberal pula, orang makin sekular (jauh dari agama), makin materialistik (hanya mengejar harta), makin hedonistik (hanya mengejar kesenangan duniawi) dan makin individualistik (hanya mementingkan diri sendiri). Akibatnya, ikatan antarindividu makin getas (rapuh), bahkan ikatan keluarga makin lemah; sementara risiko perceraian meningkat. Alhasil, penerapan sistem kapitalisme neoliberal mengakibatkan beban hidup makin berat dirasakan oleh rakyat secara individual.

Kapitalisme juga menihilkan peran agama. Akibatnya, penguatan kemampuan seseorang menanggung beban diserahkan kepada orang itu sendiri. Negara tak peduli dengan hal itu. Negara tak peduli dengan keimanan dan ketakwaan rakyatnya.

Kapitalisme juga menguatkan ide materialisme dengan tolok ukur kebahagiaan menurut materi. Hal itu bisa mengikis daya tahan orang menghadapi beban hidup.

Kapitalisme juga menanamkan sikap individualisme. Akhirnya, kepedulian terhadap sesama dan kemauan untuk membantu sesama makin tipis.

Alhasil, penerapan sistem dan kebijakan negara justru makin melemahkan kemampuan individu dalam menanggung beban. Beban hidup makin berat dirasakan individu akibat kebijakan negara menaikkan harga BBM, gas, listrik, dsb. Di sisi lain, penguatan kemampuan menanggung beban dengan bantuan dari keluarga dan sesama masyarakat juga makin tipis.

Dengan demikian makin besarnya angka bunuh diri adalah akibat logis dari penerapan kapitalisme neoliberal. Inilah yang telah dan tengah terjadi di negeri ini. Para penguasa dan pejabat negara yang menjadi punggawa dan pilar penerapan sistem kapitalisme neoliberal yang rusak ini tentu ikut bertanggung jawab atas maraknya bunuh diri di negeri ini.

Solusi Islam


          Angka bunuh diri hanya bisa ditekan seminimal mungkin dengan penerapan sistem Islam secara total (kaffah). Penerapan syariah Islam secara kaffah akan memberikan kehidupan yang baik bagi seluruh rakyat dan menguatkan kemampuan tiap individu dalam menanggung beban hidup semaksimal mungkin.

Syariah Islam mengharuskan tiap individu terus meningkatkan keimanan dan memupuk ketakwaan diri dan keluarganya. Negara wajib untuk terus membina keimanan dan meningkatkan ketakwaan rakyatnya. Dengan keimanan dan ketakwaan yang tinggi, rakyat tidak mudah putus asa bahkan jauh dari sikap putus asa.

Islam menanamkan bahwa berbagai musibah yang datang bagi orang yang beriman merupakan ujian sehingga bisa meningkatkan derajatnya di dunia dan di sisi Allah. Islam juga mengajarkan, jika seorang Mukmin bersyukur saat mendapat nikmat maka akan ditambah nikmatnya, dan jika ia bersabar saat ditimpa musibah maka itu bisa menggugurkan dosanya sehingga menjadi kebaikan bagi dirinya.

Islam juga mengajarkan bahwa kebahagiaan adalah saat keridhaan Allah SWT bisa diraih. Dengan itu seseorang tidak menjadi pemburu dunia sehingga tekanan materi dan nafsu duniawi akan bisa dikendalikan.

Islam juga menegaskan bahwa bunuh diri merupakan dosa besar. Allah SWT berfirman:

]وَلَا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا[
Janganlah kalian bunuh diri. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepada kalian (TQS an-Nisa’ [4]: 29).

Rasul saw. juga bersabda:

«وَمَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِشَىْءٍ عَذَّبَهُ اللَّهُ بِهِ فِى نَارِ جَهَنَّمَ »
Siapa saja yang bunuh diri dengan sesuatu, niscaya Allah menyiksa dia dengan sesuatu itu di Neraka Jahanam (HR al-Bukhari, Muslim, an-Nasai dan Ahmad).

Berbekal iman dan takwa, seseorang akan membuang jauh pikiran untuk bunuh diri meski menghadapi beban hidup yang berat. Iman dan takwa tiap individu itu akan dipupuk secara bersama oleh individu, keluarga, masyarakat dan negara. Dengan itu kemampuan seseorang untuk menanggung beban hidup akan besar sekali.

Islam juga mewajibkan sesama anggota masyarakat untuk saling peduli, saling membantu dan meringankan beban sesama. Rasul saw. memberitahu, siapa saja yang meringankan beban seorang Muslim di dunia, niscaya Allah SWT meringankan bebannya di akhirat. Islam pun mewajibkan tanggung jawab kolektif masyarakat untuk menghilangkan kelaparan di tengah mereka. Rasul saw. bersabda:

«…وَأَيُّمَا أَهْلُ عَرْصَةٍ أَصْبَحَ فِيهِمْ امْرُؤٌ جَائِعٌ فَقَدْ بَرِئَتْ مِنْهُمْ ذِمَّةُ اللَّهِ تَعَالَى »
Penduduk negeri manapun yang berada di pagi hari, sementara di tengah mereka ada orang yang kelaparan, maka jaminan Allah telah lepas dari mereka (HR Ahmad, al-Hakim dan Abu Ya’la).

Islam pun telah menyediakan mekanisme yang secara pasti bisa meringankan beban hidup di tengah masyarakat. Di antaranya melalui kewajiban zakat dan pendistribusiannya serta anjuran untuk memperbanyak infak dan sedekah.

Sistem ekonomi Islam akan bisa mendistribusikan kekayaan secara adil dan merata kepada seluruh rakyat. Jaminan pemenuhan kebutuhan pokok tiap individu dan kebutuhan dasar rakyat menjadi politik ekonomi yang wajib dijamin pelaksanaannya oleh negara melalui penerapan serangkaian hukum-hukum sistem ekonomi Islam.

Sementara itu, dengan penanaman pemahaman Islam kepada masyarakat, ikatan sosial akan terjalin kuat dan ikatan keluarga kokoh terjaga. Masyarakat tidak akan saling tak acuh, apalagi sampai saling memangsa seperti dalam penerapan kapitalisme neoliberal.

Dengan semua itu, angka bunuh diri akan bisa ditekan seminimal mungkin, bahkan bisa dihilangkan. Hal itu hanya bisa terwujud dengan mengakhiri penerapan sistem kapitalisme neoliberal saat ini dan selanjutnya diganti dengan penerapan syariah Islam secara menyeluruh.

Wahai Kaum Muslim:

Kehidupan yang baik, tenteram dan penuh berkah yang karenanya kasus bunuh diri bisa ditekan bahkan dihilangkan itulah yang dijanjikan oleh Allah SWT akan diberikan kepada seluruh penduduk negeri yang beriman dan bertakwa. Allah SWT berfirman:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ…
Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi… (TQS al-A’raf [7]: 96).

Syaratnya adalah dengan menerapkan syariah Allah SWT secara menyeluruh, tentu dalam sistem Islam, yakni Khilafah ar-Rasyidah ‘ala minhaj an-nubuwwah. Kehidupan seperti itulah yang terus diimpikan oleh semua orang. Itulah yang harus kita wujudkan bersama secara nyata dengan amal kita.





Sumber: Al-Islam edisi 752, 27 Jumaduts Tsaniyah 1436 H – 17 April 2018 M