Perayaan Malam Tahun Baru Masehi: Ritual untuk Dewa Janus

Tahun Baru Masehi
Perayaan Malam Tahun Baru Masehi adalah Ritual Kaum Non-Muslim untuk Dewa Janus.

TIAP pergantian tahun Masehi, selalu ada acara perayaan tahun baru di kalangan masyarakat.

Namun, tidak banyak yang tahu, perayaan Tahun Baru Masehi tiap tanggal 1 Januari itu adalah ritual bangsa Romawi kuno untuk menyembah Dewa Janus atau January (nama dewa yang dijadikan nama bulan pertama kalender Masehi --Januari).

Umat Islam jelas wajib menghindari perayaan tahun baru Masehi jika tidak ingin dinilai ikut-ikutan menyembah Dewa Janus seperti bangsa Romawi itu.

Menurut catatan sejarah, orang-orang Romawi mendedikasikan hari perayaan Tahun Baru kepada Janus, dewa segala pintu gerbang.

Tradisi meniup terompet yang menjadi ciri khas malam tahun baru pada mulanya merupakan cara orang-orang kuno untuk mengusir setan.

Menurut English Wikipedia, The Romans dedicated New Year’s Day to Janus, the god of gates, doors, and beginnings for whom the first month of the year (January) is also named. After Julius Caesar reformed the calendar in 46 BC and was subsequently murdered, the Roman Senate voted to deify him on the 1st January 42 BC [1] in honor of his life and his institution of the new rationalized calendar [2]. The month originally owes its name to the deity Janus, who had two faces, one looking forward and the other looking backward. This suggests that New Year’s celebrations are founded on pagan traditions.”

[1] Warrior, Valerie M. (2006). Roman Religion. Cambridge University Press. p. 110. ISBN 0-521-82511-3
[2] Courtney, G. Et tu Judas, then fall Jesus (iUniverse, Inc 1992), p. 50.

“Orang-orang Romawi mendedikasikan hari perayaan Tahun Baru kepada Janus, dia adalah dewa segala pintu gerbang, pintu-pintu dan permulaan waktu yang mana namanya juga adalah nama dari bulan pertama dalam setahun, Januari. Setelah Julius Caesar menyusun sistem kalendar (Masehi) pada 46 BC dan ia dibunuh setelah itu, anggota Senat Romawi memutuskan untuk meresmikannya pada 1 Januari 42 BC untuk mengenang hidup Julius Caesar dan menghormati penyusunannya terhadap sistem kalender baru yang rasional. Bulan pertama didedikasikan pada nama dewa Janus yang mempunyai 2 wajah, 1 menghadap ke depan (mengindikasikan masa depan, pent) dan 1 menghadap ke belakang (mengindikasikan masa lalu, pent). Ini mengindikasikan perayaan Tahun Baru didirikan atas dasar kepercayaan pagan.”

Umat Islam jelas wajib menghindari perayaan tahun baru Masehi jika tidak ingin dinilai ikut-ikutan menyembah Dewa Janus seperti bangsa Romawi itu. 

Baca juga: Tasyabuh dan Ritual Malam Tahun Baru

Dari Ibnu Umar r.a. bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa yang meniru suatu kaum maka dia termasuk dari mereka.” (HR. Abu Daud yang dishahihkan oleh Ibnu Hibban).

Apakah Anda turut merayakan  malam tahun baru Masehi? Anda yang Muslim, semoga tidak. Amin...! Wallahu a'lam bish-shawabi. (http://www.risalahislam.com).*

Jenis-Jenis Ujian Keimanan bagi Umat Islam

Ujian Keimanan dalam Al-Quran
Jenis-Jenis Ujian Keimanan bagi Umat Islam: Kesenangan, Kesusahan, Perintah, Larangan, Musibah sesuai Kadar Keimanan.

UMAT Islam di seluruh dunia akan terus mendapatkan ujian keimanan dari Allah SWT. Ujian iman bagi kaum Muslim ini bahkan muncul sejak agama Islam diturunkan ke bumi.

Allah SWT akan menguji kesungguhan keimanan kaum Muslim dengan banyak ujian sehingga diketahui siapa yang benar-benar beriman atau pura-pura beriman alias berbohong; siapa yang sabar, siapa yang kufur, siapa yang munafik, dan siapa yang siap berjihad atau yang lari dari medan jihad kerena lemah iman. 

"Apakah manusia itu mengira, bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, sehingga Allah mengetahui orang-orang yang benar dan pendusta.” (QS Al-Ankabut [29]: 2-3).

"Apakah kalian mengira akan (dapat) masuk surga sedang belum datang kepada kalian (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka ditimpa malapetaka dan kesengsaraan serta digoncang (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat” (QS. Al-Baqoroh [2]: 214).

"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kamu, dan belum nyata orang-orang yang sabar.” (Q.S. Ali Imron [3]: 142)

“Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (Munafik) dari yang baik (Mukmin)…” (QS Al-Baqoroh [2]: 179). 

Ujian Keimanan: Kesenangan dan Kesusahan

Secara umum, Allah SWT menguji keimanan kaum Muslim itu dengan dua jenis ujian, sebagaimana dinamika dan ketentuan yang berlaku dalam kehidupan di dunia:
  1. Kesenangan atau kenikmatan 
  2. Kesusahan atau kesengsaraan,
"Sungguh akan kami uji (iman) kalian dengan kesusahan dan (dengan) kesenangan. Dan hanya kepada Kamilah kalian akan dikembalikan…” (QS Al-Anbiya’ [21]: 35)

“Dan sungguh akan Kami uji (iman) kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS Al-Baqoroh [2]: 155).

Muslim atau mukmin yang benar-benar beriman, akan menghadapi ujian kesenangan dengan bersyukur, yaitu:
  1. Menyadari nikmat itu dari Allah SWT
  2. Secara lisan memuji-Nya --mengucapkan hamdalah, Alhamdulillah.
  3. Mempergunakan nikmat itu untuk ibadah dan kebaikan semata. Nikmat harta, misalnya, dengan cara mengeluarkan zakat, infak, sedekah, dan mendukung dakwah Islam.
Ujian berupa kenikmatan atau kesenangan ini merupakan ujian terberat karena bisa membuat orang lupa diri, lupa Allah, dan sombong atau takabur, sebagaimana ucapan Nabi Sulaiman:

"Karunia ini merupakan pemberian Rabbku untuk menguji imanku, apakah aku bersyukur atau aku kufur. Siapa bersyukur, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri, sedang siapa kufur, sesungguhnya Rabbku Maha Kaya lagi Maha Mulia.” (QS An-Naml [27]: 40).

Ujian kesusahan dihadapi dengan sabar, yakni menyadari kesengsaraan itu datang dari Allah SWT sebagai adzab, balasan kemaksiatan, atau untuk meningkatkan keimanan dan membersihkan dosa-dosa. Kesusahan dihadapi juga dengan tobat dan mohon ampunan kepada-Nya (istighfar). 

"Musibah berupa apa saja yang menimpa orang Muslim akan menyebabkan Alah menghapuskan dosanya, walaupun (musibah itu) hanya berupa duri yang menusuknya” (HR. Bukhari).

"Dan berikanlah berita genbira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata: “Sesungguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya kami akan kembali kepada-Nya” (QS Baqoroh [2]: 155-156). 

Ujian Keimanan: Perintah & Larangan 

Ujian keimanan secara umum adalah perintah dan larangan Allah SWT. Dalam Islam ada hal yang wajib dilakukan, seperti dalam Rukun Iman dan Rukun Islam, dan ada hal yang tidak boleh dilakukan, seperti perbuatan keji dan menyekutukan Allah SWT:

"Katakanlah: “Rabb-ku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu, dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa saja yang tidak kamu ketahui.” (QS Al-A’raf [7]: 33).

Ujian Keimanan: Sesuai dengan Kadar Iman

Allah SWT akan menguji seorang mukmin sesuai dengann kadar keimanannya:
 

“Ya Rasulullah, manusia mana yang paling berat menanggungkan bala’ (ujian iman)?”. Jawab Nabi: “Para Nabi, kemudian yang seumpamanya. Kalau seseorang ringan (lemah) dalam din (agama)-nya, maka ia diberikan cobaan sesuai dengan kadar din-nya. Dan kalau agama seseorang kuat, maka kadar ujian iman yang Allah berlakukan terhadap dirinya berat. Senantiasa seorang hamba menerima bala’, sehingga dosanya hapus” (HR Bukhari).

Demikianlah jenis-jenis ujian keimanan bagi Umat Islam. Semoga kita dan senantiasa mampu menghadapinya dan lulus dari ujian-Nya. Amin...! Wallahu a'lam bish-shawabi. (www.risalahislam.com).*

Tafsir QS An-Najm:32 - Jangan Merasa Dirimu Suci

Tafsir QS An-Najm:32 - Jangan Merasa Dirimu Suci
Tafsir QS An-Najm:32 - Jangan Merasa Dirimu Suci

JANGAN sok suci! Jangan sok ngerasa benar lantas mencela atau memaki dan menyalahkan orang lain! Begitu kira-kira pesan yang dikandung penggalan QS An-Najm:32.

Jangan merasa diri bersih dan hebat. Hanya Allah SWT Yang Mahatahu kadar keimanan, ketakwaan, dan amal saleh kita.

فَلا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى

"Maka janganlah kamu merasa dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa." (QS. An-Najm : 32).

Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan: "Jangan kalian puji diri kalian (membanggakan diri) dan bersyukur pada diri kalian serta menyanjung-nyanjung amalan kalian.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa ketika Rasulullah saw. sedang shalat, lewatlah beberapa orang di hadapan beliau dengan bersikap sombong. Ayat ini (An-Najm: 59-62) turun berkenaan dengan peristiwa tersebut, sebagai teguran kepada orang-orang yang bersikap demikian.

Media Sosial merupakan godaan terbesar saat ini untuk melaksanakan perintah Allah SWT tersebut. Membanggakan diri, menyanjung amal, atau pamer kebaikan dan kesuksesan menjadi fenomena di media sosial.

Narsis dan selfie di Media Sosial Suburkan Ujub dan Riya. Muslim yang baik tidak akan memamerkan amal kebaikan di medsos.

Semoga Allah SWT memberi kita kekuatan untuk tidak 'ujub, takabur, dan merasa suci. Amin...! Wallahu a'lam bish-shawabi. (www.risalahislam.com).*

Antara Anti-Arab dan Anti-Islam

Antara Anti-Arab dan Anti-Islam
Antara Anti-Arab dan Anti-Islam.

ISLAM
diturunkan di tanah Arab, Makkah Arab Saudi. Maka, Al-Quran dan hadits pun berbahasa Arab. Bahkan, tidak sedikit kaum Muslim luar Arab yang meniru busana atau pakaian bangsa Arab untuk sebagai bagian dari identitas keislaman atau kemuslimannya.

Arab jadi identik dengan Islam. Padahal tidak. Pakaian Abu Bakar dan Abu Jahal sama kok, sama-sama khas orang Arab. Lagu pop atau bahkan rock orang Arab juga berbahasa Arab. Lagu romantis atau percintaan dalam bahasa Arab bukan lagu nasyid atau kasidah.

Jadi, maaf, jangan picik dengan mengidentikkan Arab dengan Islam. Arab ya Arab, Islam ya Islam.

Belakangan banyak ide, pemikiran, atau komentar yang bernada anti-Arab. Katanya, agar "khas Indonesia", tidak ke-Arab-Arab-an.

Admin Risalah Islam sangat setuju dengan tulisan Jonru, seorang penulis & aktivis media sosial. Lewat fanspagenya ia menulis "Kamu Anti Arab atau Anti Islam?"

Terlepas dari apakah Anda pendukung atau penentang dia, mari simak tulisannya berikut ini dengan hati jernih, dengan pegagangan ucapan Ali bin Abi Thalib: lihatlah apa yang dikatakan, jangan melihat siapa yang mengatakan. "Unzhur maa qaala (maa qiila) wa laa tanzhur man qaala".

Kamu Anti Arab atau Anti Islam?

Kau bilang, "Ini Indonesia, bukan Arab. Tak perlu pakai istilah akh, antum, syukran, jazakallah, abi, umi, dan seterusnya."

Padahal saat merayu pacarmu, kamu berkata, "I Love you. I miss you." Saat patah hati, kamu berkata, "Gue gagal move on, nih."


Hm.. itu bahasa Indonesia atau bukan, ya?

Kau terlihat sangat anti Arab dengan alasan "Kita harus cinta pada budaya Indonesia." Padahal di saat yang sama kamu membela ajang Miss World, yang jelas-jelas bukan budaya Indonesia.

Orang yang suka lagu nasyid berbahasa Arab kamu cela-cela dengan alasan, "Itu bukan dari Indonesia." Padahal kamu justru memuja-muja para boyband dari Korea, tergila-gila pada film India, dan cinta buta terhadap film dan musik dari Amerika.

Kamu mungkin lupa: Nama-nama hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat dan Sabtu itu berasal dari bahasa Arab. Istilah musyawarah dan adab juga dari bahasa Arab.

Banyak sekali istilah bahasa Arab yang kini diserap ke dalam bahasa Indonesia, dan ternyata sering kamu pakai, dan kamu menyukainya!

Bahkan kalau kamu belajar sejarah Bahasa Indonesia, kamu akan KAGET DAN SHOCK, karena ternyata bahasa Arab memiliki pengaruh yang SANGAT KUAT terhadap bahasa Indonesia.

Kamu mungkin belum tahu, bahwa struktur bahasa Indonesia dan Arab itu PERSIS SAMA. Saking samanya, kita bisa dengan mudah melakukan penerjemahan kata demi kata. Hal seperti ini tidak bisa dilakukan terhadap bahasa lain.

Coba kamu terjemahkan bahasa Inggris ke bahasa Indonesia dengan sistem terjemahan perkata. Bisa? Dijamin tak bisa. Karena pasti hasil terjemahannya akan sangat ngaco.

Tapi bahasa Arab BISA. Itula salah satu bukti bahwa bahasa Indonesia dan Arab punya hubungan yang sangat erat.

Kalau kamu mencela Islam sebagai agama dari Arab, bukan dari Indonesia, hei... apa kamu lupa bahwa Kristen, Hindu dan Budha pun bukan dari Indonesia. Agama asli Indonesia adalah ANIMISME. Lupa, ya?

Jadi kenapa harus anti Arab?

Jangan-jangan kamu sebenarnya anti Islam, bukan anti Arab.

Doa Mohon Perlindungan dari Bahaya

DOA
Doa Mohon Perlindungan dari Bahaya. Doa adalah senjata dan perisai kaum mukmin dan orang tertindas.

BAHAYA, bencana, atau musibah seperti kecelakaan, jadi korban pencurian dan penipuan, jadi korban fitnah dll. bisa terjadi kapan dan kepada siapa saja.

Selain harus ada ikhtiar dan tawakal agar terhindar dari bahaya, sebagai Muslim kita pun diharuskan berdoa. Doa adalah senjata kaum mukmin dan kaum tertindas. Dengan doa, ada harapan dan kekuatan yang mendorong sikap sabar, tawakal, dan yakin akan adanya pertolongan Allah SWT.

Diriwayatkan dari Ibnu 'Umar r.a bahwasanya Rasulullah SAW mengajarkan sejumlah Doa Mohon Perlindungan dari Bahaya.

Rasulullah Saw memerintahkan kaum Muslim agar senantiasa berlindung kepada Allah SWT dari bahaya. 

“Berlindunglah kalian kepada Allah dari kerasnya musibah, turunnya kesengsaraan yang terus menerus, buruknya qadha serta kesenangan musuh atas musibah yang menimpa kalian.” (HR. Bukhari).

Rasul Saw juga mengajarkan sejumlah doa dan dzikir untuk memohon perlindungan tersebut, di antaranya diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar r.a. bahwasanya Rasulullah Saw bersabda:

Barangsiapa yang menyaksikan orang yang terkena musibah, kemudian mengatakan "Alhamdulillahilladzii 'aafanii mimmab-talaka bihi wafadh-dholanii 'alaa katsiirin mimman kholaqo tafdhiila" (Segala puji bagi Allah yang telah menghindarkanku dari musibah yang menimpamu, serta memberikan kelebihan kepadaku atas sekian banyak ciptaan-Nya), niscaya Allah akan menghindarkannya dari musibah tersebut sepanjang hayatnya, walau bagaimanapun keadaannya” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Doa lainnya diriwayatkan dari Khaulah binti Hakim, bahwasanya Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang singgah di sebuah tempat kemudian ia mengatakan:

 "A'uudzubika bikalimaatillaahit taammaati min syarri maa kholaq"  

(Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan apa yang diciptakan-Nya), niscaya tidak akan ada yang memudharatkannya” (HR. Tirmidzi dan An-Nasai).

Doa memohon perlindungan kepada Allah SWT dari segala bahaya juga bisa dilakukan dengan memperbanyak dzikir seperti tasbih (subhanallah) sebagaimana Nabi Yunus a.s. yang diselamatkan Allah SWT dari bahaya di perut ikan.

Maka jika sekiranya dia (Yunus) tidak termasuk orang-orang yang banyak berdzikir (bertasbih) kepada Allah, niscaya dia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit.” (QS. Shafat: 143). 

Saat bepergian (safar) atau keluar rumah, risalah Islam mengajarkan doa sebagai berikut agar kita selamat di perjalanan, sampai tujuan, dan kembali ke rumah dengan selamat:

بِسْمِ اللهِ، تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ.

“Dengan nama Allah (aku keluar). Aku bertawakkal kepada-Nya, dan tiada daya dan kekuatan kecuali karena pertolongan Allah”. (HR. Abu Daud & Tirmidzi).



اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ، أَوْ أُضَلَّ، أَوْ أَزِلَّ، أَوْ أُزَلَّ، أَوْ أَظْلِمَ، أَوْ أُظْلَمَ، أَوْ أَجْهَلَ، أَوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ.

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu, jangan sampai aku sesat atau disesatkan (setan atau orang yang berwatak setan), berbuat kesalahan atau disalahi, menganiaya atau dianiaya (orang), dan berbuat bodoh atau dibodohi”.(HR. Jamaah).

Islam juga mengajarkan doa memohon perlindingan dari hewan/binatang buas berbahaya:

عُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ. 
 
[A’udzu bikalimatillahittammati min syarri maa khalaq]
“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk yang diciptakanNya”

“Barangsiapa membaca doa ini pada sore hari sebanyak tiga kali, tidak berbahaya baginya sengatan (binatang berbisa) pada malam itu” (HR. Ahmad, An-Nasa’i).

Demikian pentingnya Doa Mohon Perlindungan dari Bahaya. Semoga Allah SWT senantiasa melindungi kita dan umumnya kaum Muslim. Amin...! Wallahu a'lam bish-shawabi. (www.risalahislam.com).*

Jangan Sembarang Share Informasi, Pastikan Dulu Kebenarannya!

Facebook
Pedoman Islam dalam menerima dan menyikapi kabar atau informasi. Tafsir QS Al-Hujurat:6.

JANGAN Sembarang Share Informasi, Pastikan Dulu Kebenarannya!

Di era internet dan media sosial sekarang, banyak media propaganda yang menyebarkan berita, informasi, foto, video, atau grafis tanpa pedulikan kebenarannya.

Yang namanya propaganda, yang penting nyebar dan mempengaruhi orang banyak. Facebook merupakan salah satu media sosial yang potensial menjadi media propaganda.

Berita bisa dipelintir. Fakta bisa diputar-balik demi tujuan propaganda.  Risalah Islam memerintahkan kaum Muslim cerdas (smart) dalam memilih dan memilah berita.

Jangan asal like and share. Jika yang kita like & share itu ternyata dusta, betapa kita ikut berdosa menyebarkan berita bohong, juga betapa malunya kita karena "kejahilan" kita.

Berikut ini pengertin propaganda untuk pegangan agar kita tidak sembarangan like dan share sebuah informasi di situs berita ataupun di media sosial:
  1. Propaganda adalah rangkaian pesan yang bertujuan untuk memengaruhi pendapat dan kelakuan masyarakat atau sekelompok orang.
  2. Propaganda tidak menyampaikan informasi secara obyektif, tetapi memberikan informasi yang dirancang untuk memengaruhi pihak yang mendengar atau melihatnya.
  3. Propaganda kadang menyampaikan pesan yang benar, namun seringkali menyesatkan dimana umumnya isi propaganda hanya menyampaikan fakta-fakta pilihan yang dapat menghasilkan pengaruh tertentu, atau lebih menghasilkan reaksi emosional daripada reaksi rasional. Tujuannya adalah untuk mengubah pikiran kognitif narasi subjek dalam kelompok sasaran untuk kepentingan tertentu.
  4. Propaganda adalah sebuah upaya disengaja dan sistematis untuk membentuk persepsi, memanipulasi alam pikiran atau kognisi, dan memengaruhi langsung perilaku agar memberikan respons sesuai yang dikehendaki pelaku propaganda. (Wikipedia).

Jangan Sembarang Share Informasi, Pastikan Dulu Kebenarannya! Sekarang banyak media online yang mirip seperti situs berita (media jurnalistik). Padahal, ia media propaganda. Mereka tidak membuat karya jurnalistik, tetapi memproduksi materi propaganda.

Karya jurnalistik memenuhi kaidah jurnalistik, antara lain akurat, disiplin verifikasi alias cek dan ricek keberan faktanya, berimbang (balance), dan bertujuan memberitahu (to inform), bukan mempengaruhi (to influence).

Selektif Menerima Informasi
Jangan Sembarang Share Informasi, Pastikan Dulu Kebenarannya! Itulah pesan tersurat dan tersirat ayat Al-Quran Surat Al Hujurat ayat 6:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن جَآءَكُمْ فَاسِقُُ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَافَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu". [QS. Al-Hujurat : 6].

Islam melarang umatnya mengikut desas-desus, gosip, atau rumor, yaitu informasi yang belum jelas kebenarannya.

Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan, ayat di atas turun guna memberikan penjelasan bagi umat manusia semuanya untuk selalu tabayun (konfirmasi, klarifikasi, cek ricek) dalam segala berita yang datang.

Adab dalam menerima atau menyikapi sebuah berita adalah dengan tabayyun yaitu klarifikasi atau cek and recek atas berita tersebut agar adanya kejelasan berita dan keakuratan kebenaranya, sebab warta dan fakta terkadang berbeda.

Ayat ini menyuruh kita berhati-hati dalam menindakkan sesuatu yang akibatnya tidak dapat diperbaiki (perkataannya banyak menimbulkan kerusakkan), supaya tidak ada pihak atau kaum yang dirugikan, dtimpa musibah atau bencana ysng disebabkan berita yang belum pasti kebenarannya, sehingga menyebabkan penyesalan yang terjadi.

Syaikh Ali As Shabuni dalam Tafsir Ayat al Ahkam min Al-Qur’an memberikan tiga poin penilaian penting:
  1. Ayat ini termasuk ayat yang mengajarkan adab dan akhlak yang baik, yaitu keharusan mengklarifikasi akan suatu berita agar tidak mudah mengikuti kabar berita yang tidak bertanggung jawab. Dan juga tidak mudah menghukumi orang dengan berbekal informasi yang samar dan tidak pasti kebenaranya. Sebab salah-salah jika tidak mengindahkan adab ini, maka akan menzalimi orang lain dan membuat fitnah atau kerusakan atas suatu kaum.
  2. Hikmah disyariatkanya mentabayunkan akan suatu berita ini adalah agar umat muslim tidak mudah terprovokasi berita-berita tidak bertanggung jawab yang disebarkan oleh musuh-musuh islam. Dimana dewasa ini musuh-musuh islam senantiasa menghembuskan berita-berita sesat ditengah umat islam, dengan tujuan untuk membuat permusuhan antar sesama umat dan merusak agama serta ukhuwah islamiyah. 
  3. Fitnah dan kerusakan ditengah umat diawali dengan adanya suatu kedustaan dan hasutan. Maka dari itu janganlah mengikuti kedustaan, cek dan teliti lebih dalam dan cermat agar tidak mengikuti suatu kedustaan. Dan hendaknya tidak mudah terhasut dengan cara menjadi manusia cerdas yang gemar melakukan klarifikasi antar sesama agar adanya suatu kejelasan dan kelancaran komunikasi antar sesama.
Mari, cerdas menyikapi informasi. Lakukan cek and ricek sebelum like & share sebagaimana diprintahkan Allah SWT. Semoga kita terhindar dari ikut menyebarkan berita palsu atau kabar bohong. Amin...! Wallahu a'lam bish-shawabi. (www.risalahislam.com).*

Hadits tentang Masalah Pribadi - Akhlak Ideal Seorang Muslim

hadits
Yang dimaksud Masalah Pribadi adalah sikap, budi pekerti, perilaku, atau akhlak seorang Muslim dalam menyikapi kehidupan dan tantangan yang dihadapinya.

Dalam sejumlah hadits shahih berikut ini, Rasulullah Saw menunjukkan akhlak ideal seorang Muslim dan bagaimana menyikapi beragam masalah hidup yang dihadapi.

Hadits-hadits ini juga menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari sehingga benar-benar menjadikan Risalah Islam sebagai way of life.

1. Ambillah kesempatan lima sebelum lima: mudamu sebelum tua, sehatmu sebelum sakit, kayamu sebelum melarat, hidupmu sebelum mati, dan senggangmu sebelum sibuk. (HR. Al Hakim dan Al-Baihaqi)

2. Pandanglah orang yang di bawah kamu dan janganlah memandang kepada yang di atasmu, karena itu akan lebih layak bagimu untuk tidak menghina kenikmatan Allah untukmu. (HR. Muslim)

3. Sesungguhnya persoalan-persoalan itu ada tiga macam, yaitu persoalan yang jelas bagimu kebenarannya maka ikutilah, persoalan yang jelas bagimu sesatnya maka jauhilah, dan persoalan yang terdapat perselisihan di dalamnya maka serahkanlah (kembalikan penentuan hukumnya) kepada yang alim (ilmuwan). (HR. Ath-Thabrani)

4. Buta yang paling buruk ialah buta hati. (HR. Asysyihaab)

5. Sesungguhnya Allah melampaui ketentuan bagiku dengan (memaafkan) umatku dalam kesalahan yang tidak disengaja, karena lupa, dan karena dipaksa melakukannya. (HR. Ibnu Majah)

6. Usia umatku antara enam puluh dan tujuh puluh tahun. Sedikit dari mereka yang melampauinya. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

7. Mungkin pelampiasan nafsu syahwat sebentar berakibat kesedihan yang lama. (HR. Al-Baihaqi)

Keterangan:
Banyak kasus yang terjadi, gara-gara melampiaskan nafsu syahwat dengan berzina lalu hamil, maka hal tersebut menimbulkan trauma yang dalam dan berkepanjangan bagi sang wanita. Orang tua dan keluarga menjadi sedih dan malu. Juga akibat-akibat buruk lainnya yang dapat terjadi diluar perkiraan.


8. Rasulullah bersabda dengan membawakan firman Allah dalam hadits Qudsi: “Pandangan mata adalah panah beracun dari antara panah-panah Iblis. Barangsiapa meninggalkannya karena takut kepada-Ku maka Aku ganti dengan keimanan yang dirasakan manis dalam hatinya.” (HR. Al Hakim)

9. Sa’ad bin Abi Waqqash berkata, “Ketika aku sakit, Rasulullah datang menjenguk dan aku berkata, “Ya Rasulullah, bolehkah aku mewakafkan seluruh hartaku?” Nabi Saw menjawab, “Tidak.” Aku bertanya lagi, “Separonya?”, Nabi menjawab, “Tidak.” Aku bertanya lagi, “Sepertiganya?” Beliau menjawab, “Meninggalkan keluargamu dalam keadaan baik (senang) lebih baik daripada membiarkan mereka miskin mengemis pada orang-orang.” (HR. Bukhari)

Keterangan:
Batas maksimum wasiat adalah sepertiga dari seluruh hartanya, karena sepertiga itu sudah banyak.


10. Barangsiapa bernazar untuk mentaati Allah, hendaklah dia mentaatiNya dan barangsiapa bernazar untuk bermaksiat terhadap Allah maka janganlah ia melakukannya. (HR. Bukhari)

11. Mimpi yang baik (sholeh) adalah dari Allah dan mimpi (buruk) adalah dari setan. (Bukhari)

12. Sesungguhnya yang dimaksud nazar ialah apa yang diharapkan dengannya keridhoan Allah ‘Azza wajalla. (HR. Ahmad)

13. Mimpi yang paling benar ialah (yang terjadi) menjelang waktu sahur (sebelum fajar). (HR. Al Hakim dan Tirmidzi)

14. Hak seorang muslim yang memiliki harta (peninggalan untuk diwasiatkan) ialah tidak melampaui dua malam kecuali wasiatnya sudah tertulis dan sudah ditangannya. (HR. Muslim)

15. Mimpi yang baik oleh seorang yang sholeh merupakan satu dari empat puluh enam bagian dari mimpi kenabian. (HR. Bukhari)

16. Apabila Allah memberikan kenikmatan kepada seseorang hendaknya dia pergunakan pertama kali untuk dirinya dan keluarganya. (HR. Muslim)

17. Hendaklah kamu bertakwa kepada Allah. Jika seseorang membongkar keburukan yang diketahuinya pada dirimu janganlah kamu membongkar keburukan yang kamu ketahui ada pada dirinya. (HR. Ahmad dan Tirmidzi).

Sumber:  Dr. Muhammad Faiz Almath, “1100 Hadits Terpilih”, Penerbit: Gema Insani Press, 1991.