Status dan Komentar Facebook dalam Perspektif Islam

Status dan Komentar Facebook dalam Perspektif Islam
Jika media sosoal menjadi sarana berkata keji, ajang saling hina, forum ghibah, sarana riya, angkuh, dan unjuk diri merasa paling benar, dan hal buruk lainnya, maka Facebookan jatuh pada hukum haram.

UPDATE Status dan Komentar merupakan aktivitas utama pengguna Facebook. Perspektif Islam tentang status dan komentar berdasarkan bimbingan Islam kepada umatnya tentang lisan, lidah, atau pembicaraan. Update status dan komentar hakikatnya adalah pembicaraan atau berkata-kata.

Perkataan yang diucapkan oleh lidah (komunikai lisan) atau ditulisan tangan (komunikasi tulisan) dapat membuat pemilik lidah selamat atau celaka.

Dalam surat An-Nuur ayat 24 Allah SWT Berfirman: “Pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan."

Di akhirat kelak kita akan mempertanggungjawabkan segala perbuatan dan perkataan kita. Status dan komentar Facebook takkan lepas dari catatan amal Malaikat Rakib dan Atid yang harus dipertanggunggjawabkan di akhirat kelak.

PEDOMAN ISLAM DALAM FACEBOOKAN
Berikut ini panduan Islam dalam aktivitas Facebook atau media sosial lainnya, yang diadaptasi dari panduan Islam tentang lisan dan pergaulan.

Jangan Berdusta 
Jangan berdusta dalam menulis status dan komentar Facebook, sebagaimana dilatang berbohong dalam kehidupan nyata sehari-hari. Statu dan komen juga dilarang berisi kesombongan atau keangkuhan.

“Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan.” (QS. Al-A'raf : 40).

Hindari Hal Tidak Berguna
Rasulullah SAW bersabda : "Termasuk kebaikan islamnya seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak berguna (tidak ada manfaatnya)” (HR. Ahmad & Ibnu majah).

Jika status dan komentar FB tidak berguna, tinggalkan. Bahkan, jika Facebookan hanya membuang-buang waktu dan energi, apalagi menjadikan pahala ibadah/kebaikan jadi hilang karena sikap riya' dalam status dan komen, Facebookan wajib ditinggalkan.

Jangan Membicarakan Semua yang Terdengar
Jangan sembarangan share atau sebarkan. Teliti kebenaran sebuah informasi atau berita sebelum dijadikan status, dikomentari, atau dibagikan.

Abu Hurairah r.a menuturkan, Rasulullah Saw bersabda: “Cukuplah menjadi suatu dosa bagi seseorang yaitu apabila ia membicarakan semua apa yang telah ia dengar.” (HR. Muslim).

Hindari Debat!
Abu Daud r.a. meriwayatkan, Rasulullah Saw bersabda: “Aku adalah penjamin seuah istana di taman surga bagi siapa saja yang menghindari pertikaian (perdebatan), sekalipun ia benar, dan (penjamin) istana di tengah-tengah surga bagi siapa saja yang meninggalkan dusta sekalipun bercanda”.

Jauhi Perkataan Keji
Dilarang menulis status dan komentar berisi sumpah serapah atau caci-maki. Akhlak seorang Muslim yang baik itu tidak suka mencela, tidak suka mengutuk, dan tidak suka berbicara kotor atau kasar.

“Seorang mukmin itu pencela atau pengutuk atau keji pembicaraannya” (HR. Bukhari)

Jauhi Ghibah (Menggunjing)
Allah SWT dengan tegas melarang kiat untuk Ghibah dalam surat Al-hujurat ayat 12:

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang”. 

Jangan Mengolok-Olok (Bully)
Masih di surat yang sama di ayat sebelumnya, Allah SWT berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang dzalim.”.

Banyak pengguna Facebook dan media sosial lainnnya menjadikan jejaring sosial ini sebagai ajang saling caci dan olok-olok (bully).

Jika media sosoal menjadi sarana berkata keji, ajang saling hina, forum ghibah, sarana riya, angkuh, dan unjuk diri merasa paling benar, dan hal buruk lainnya, maka Facebookan jatuh pada hukum haram.

Status dan komentar Facebook sebaiknya yang positif, informatif, inspiratif, dan Islami --berisi dakwah, ajakan kebaikan dan menolak kemunkaran. Wallahu a'lam bish-shawabi. (www.risalahislam.com).*

Hadits tentang Riya' dan Kemunafikan

Hadits tentang Riya' dan NifakPengertian Riya' dan Nifak. Riya adalah pamer amal kebaikan. Pahala hilang. Nifak adalah sikap bermuka dua.

RASULULLAH SAW mengingatkan umat Islam agar menjauhi sikap riya dan nifak. Kedua sifat ini membinasakan.

Riya adalah pamer amal kebaikan agar mendapat pujian orang lain. Rasul menyebut riya sebagai syirik kecil. Pahala dan berkah amal kebaikan jadi hangus karena pamer.

Nifak adalah sikap bermuka dua, manis di depan pahit di belakang. Mengaku Muslim di depan umat Islam, padahal jelas kafir di belakang kaum Muslim.

Berikut ini sejumlah hadits tentang RIYA dan NIFAK

1. Riya menyia-nyiakan amal sebagaimana syirik menyia-nyiakannya. (HR. Ar-Rabii’)

2. Yang paling aku takuti atas kamu sesudah aku tiada ialah orang munafik yang pandai bersilat lidah. (HR. Ahmad dan Ath-Thabrani)

3. Tidak akan tiba hari kiamat sampai penguasa-penguasa tiap umat ialah orang-orang yang munafik. (HR. Ar-Rabii’)

4. Sesungguhnya riya adalah syirik yang kecil. (HR. Ahmad dan Al Hakim)

5. Seburuk-buruk manusia ialah orang yang mempunyai dua muka, mendatangi kelompok ini dengan wajah yang satu dan mendatangi kelompok lain dengan wajahnya yang lain. (Mutafaq’alaih)

6. Orang yang riya berciri tiga, yakni apabila di hadapan orang dia giat tapi bila sendirian dia malas, dan selalu ingin mendapat pujian dalam segala urusan. Sedangkan orang munafik ada tiga tanda yakni apabila berbicara bohong, bila berjanji tidak ditepati, dan bila diamanati dia berkhianat. (HR. Ibnu Babawih).

7. Paling banyak orang munafik dari umatku ialah yang pandai bacaannya. (HR. Bukhari)

8. Menyukai sanjungan dan pujian membuat orang buta dan tuli. (HR. Ad-Dailami).

9. Bila kamu melihat orang-orang yang sedang memuji-muji dan menyanjung-nyanjung maka taburkanlah pasir ke wajah-wajah mereka. (HR. Ahmad).

Semoga Allah SWT memberi kita kekuatan agar mampu menghindari RIYA dan NIFAK. Amin...!!! (http://www.risalahislam.com).*

* Sumber: Shahihain & 1100 Hadits Terpilih Dr. Muhammad Faiz Almath. Penerbit: Gema Insani Press, 1991

Hukum Melakukan Dosa Kecil Terus-Menerus

Hukum Melakukan Dosa Kecil Terus-Menerus
Ketika seorang mukmin berbuat suatu dosa, dosa itu menjadi sebuah noda hitam pada hatinya.

DOSA adalah perbuatan melanggar aturan Allah SWT atau aturan ajaran Islam. Risalah Islam sebagai jalan hidup (way of life) yang benar mengajarkan, dosa terbagi dua bagian: dosa kecil dan dosa besar.

Dosa kecil adalah perbuatan salah yang ringan atau pelanggaran ringan terhadap aturan Allah SWT.

Para ulama menyebutkan, contoh dosa-dosa kecil adalah mengumpat dan ujaran tidak baik lainnya, melihat lawan jenis yang bukan pasangannya dengan penuh syahwat, membicarakan aib orang lain (ghibah), dan lain-lain.

Dosa kecil dihapus dengan istighfar (memohon ampun kepada Allah SWT) dan meminta maaf kepada orang yang teraniaya.

"Shalat lima waktu dan shalat Jum’at ke Jum’at berikutnya adalah penghapus untuk dosa antara keduanya, selama tidak melakukan dosa besar” (HR Muslim).

Dosa besar yaitu pelanggaran berat terhadap ajaran Islam atau larangan Allah SWT. Dosa besar hanya bisa dihapus dengan Tobat Nasuha. Termasuk dosa besar sebagaimana hadits shahih berikut ini:

“Dosa-dosa besar adalah menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh jiwa (tanpa alasan syar’i) dan sumpah palsu” (HR. Ahmad dan Bukhari).

Dosa kecil yang dilakukan berulang-ulang atau terus-menerus, maka akan menjadi dosa besar. Gunung yang besar itu terdiri dari kerikil-kerikil kecil. Demikian pula dosa besar, bisa disebabkan karena dosa kecil.

"Berhati-hatilah kalian terhadap dosa kecil, sebab jika ia berkumpul dalam diri seseorang akan dapat membinasakannya.” (HR Ahmad dan Thabrani).

Rasulullah SAW bersabda, “Ketika seorang mukmin berbuat suatu dosa, dosa itu menjadi sebuah noda hitam pada hatinya. Jika ia menyesalinya (memohon ampunan), hilanglah noda itu. Jika ia tidak menyesali perbuatan itu, maka noda itu akan membesar dan membesar sehingga menutupi seluruh hatinya.”

Al-Fudhail bin ’Iyadh berkata: ”Setiap kali engkau menganggap kecil suatu dosa, maka ia menjadi besar di sisi Allah ta’ala. Sebaliknya, setiap engkau menganggap besar suatu dosa, maka ia menjadi kecil di sisi Allah ta’ala.” Al-Auza’i berkata: ”Disebutkan bahwa yang termasuk dosa besar adalah seseorang yang melakukan suatu dosa, lalu ia meremehkannya”.

Cara mendapatkan taubat nasuha, antara lain istighfar, mohon ampun dengan sungguh-sungguh, menyesal, dan tidak mengulangi.

Taubat artinya kembali kepada Allah. Taubat nasuha artinya taubat yang murni dan tingkatannya paling tinggi di hadapan Allah. "Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya…” (QS. At-Tahrim: 66).

Rasulullah Saw pernah ditanya oleh seorang sahabat, "Apakah penyesalan itu taubat?", "Ya," jawab Rasul (HR. Ibnu Majah).

Semoga Allah SWT memberi kekuatan kepada kita agar kita senantiasa terhindari dari dosa-dosa kecil dan dosa besar. Amin...! Astaghfirullahal 'azhim... Wallahu a’lam bish-shawabi. (http://www.risalahislam.com).*