Jadwal Imsakiyah Ramadhan 2017 M / 1437 H

Jadwal Imsakiyah Ramadhan 2017 M / 1437 H Kota Bandung dan Kota-Kota Lain di Seluruh Indonesia.

Jadwal Imsakiyah Ramadhan 2017 M / 1437 H
JADWAL Imsakiyah atau Jadwal Puasa, terutama jam imsak dan buka puasa, termasuk paling dicari menjelang dan selama bulan suci Ramadhan.

Jadwal Imsak menjadi acuan untuk siap-siap berpuasa atau menahan diri dari makan dan minum serta hal yang membatalkan puasa lainnya.

Jadwal Buka puasa alias Waktu Adzan Magrib merupakan jadwal favorit, karena saat inilah umat Islam yang berpuasa melepas dahaga dan lapar yang ditahan seharian.

Disebut jadwal imsakiyah merujuk pada kata "imsak" (bahasa Arab) yang artinya "menahan", yaitu menahan diri untuk tidak makan minum dan hal lain yang membatalkan puasa. Waktu imsak adalah waktu shalat Subuh dikurangi 10 menit.

Waktu Imsak ini untuk berjaga-jaga saja. Untuk kehati-hatian agar yang berpuasa tidak "bablas" masih makan-minum begitu awal waktu puasa dimulai --saat masuk waktu shilat Subuh. (Baca: Waktu Imsak yang Sebenarnya).

Berikut ini jadwal Imsakiyah Ramadhan 2017 M / 1437 H untuk Kota Bandung. Kota-kota lainnya bisa dilihat di link di bawah.


Jadwal Imsakiyah Ramadhan 2017


Ramadan 1437 H - Juni-Juli 2017 M
Kota Bandung 


Koordinat: (-6.92, 107.62). Ketinggian: 805 m. Zona Waktu: Asia/Jakarta. Arah Kiblat: 295° dari Utara.
Tgl.MasehiImsakShubuhTerbitDhuhaZhuhr'AshrMaghrib'Isya'Jam Qiblat
17 Jun04:2504:3505:5206:1911:5015:1117:4618:5716:43
28 Jun04:2504:3505:5206:2011:5015:1217:4618:5716:45
39 Jun04:2504:3505:5206:2011:5015:1217:4618:5716:47
410 Jun04:2504:3505:5206:2011:5015:1217:4718:5716:50
511 Jun04:2504:3505:5306:2011:5115:1217:4718:5716:51
612 Jun04:2604:3605:5306:2111:5115:1217:4718:5816:53
713 Jun04:2604:3605:5306:2111:5115:1217:4718:5816:54
814 Jun04:2604:3605:5306:2111:5115:1317:4718:5816:55
915 Jun04:2604:3605:5406:2111:5215:1317:4718:5816:57
1016 Jun04:2604:3605:5406:2211:5215:1317:4818:5816:58
1117 Jun04:2704:3705:5406:2211:5215:1317:4818:5916:59
1218 Jun04:2704:3705:5406:2211:5215:1417:4818:5917:00
1319 Jun04:2704:3705:5406:2211:5215:1417:4818:5917:01
1420 Jun04:2704:3705:5506:2211:5315:1417:4918:5917:01
1521 Jun04:2704:3705:5506:2311:5315:1417:4918:5917:02
1622 Jun04:2804:3805:5506:2311:5315:1417:4919:0017:02
1723 Jun04:2804:3805:5506:2311:5315:1517:4919:0017:02
1824 Jun04:2804:3805:5606:2311:5315:1517:4919:0017:02
1925 Jun04:2804:3805:5606:2411:5415:1517:5019:0017:02
2026 Jun04:2904:3905:5606:2411:5415:1517:5019:0117:02
2127 Jun04:2904:3905:5606:2411:5415:1517:5019:0117:01
2228 Jun04:2904:3905:5606:2411:5415:1617:5019:0117:00
2329 Jun04:2904:3905:5606:2411:5415:1617:5119:0117:00
2430 Jun04:2904:3905:5706:2411:5515:1617:5119:0116:59
251 Jul04:3004:4005:5706:2511:5515:1617:5119:0216:56
262 Jul04:3004:4005:5706:2511:5515:1717:5119:0216:55
273 Jul04:3004:4005:5706:2511:5515:1717:5119:0216:53
284 Jul04:3004:4005:5706:2511:5515:1717:5219:0216:53
295 Jul04:3004:4005:5706:2511:5615:1717:5219:0216:51
Waktu shalat dihitung berdasarkan kriteria Kementerian Agama RI (MABIMS). Silakan merujuk kepada pemerintah untuk tanggal resmi 1 Ramadhan dan 1 Syawal (Hari Raya Idul Fitri). Jam Qiblat adalah waktu ketika matahari berada pada arah kiblat atau berlawanan arah dengannya (waktu dalam tanda kurung).
Dipersiapkan oleh: Alhabib Web Service - www.al-habib.info
Download Jadwal Imsakiyah Ramadhan 2017

Sesuai dengan Jadwal Sholat
Karena jadwal imsakiyah pada dasarnya sama dengan jadwal waktu sholat, maka jadwal puasa pun bisa dilihat di Jadwal Sholat.

Aplikasi Jadwal Puasa untuk HP Android (SmartPhone) juga banyak tersedia di Google Play.

Baca Juga: Panduan Ramadhan

Demikian informasi dan link Jadwal Imsakiyah Ramadhan 2017 M / 1437 H untuk Kota Bandung dan kota lainnya di Indonesia. Semoga bermanfaat. Selamat Menunaikan Ibadah Puasa Ramadhan. Wasalam. (www.risalahislam.com).*

Terompet Sangkakala dalam Perspektif Islam

Heboh Terompet Sangkakala
Heboh Terompet Sangkakala menguatkan keyakinan akan adanya hari kiamat, malaikat, dan bahwa semua hewan dan tumbuhan itu mengeluarkan suara tasbih. 

DALAM sepekan terakhir Terompet Sangkakala menjadi "trending topic" di media online. Terompet Sangkakala juga menjadi trending seacrh di mesin pencari Google dan Yahoo.

Sangkakala sendiri yaitu sejenis alat tiup yang terbuat dari cangkang kerang.

Muncul anggapan, suara Terompet Sangkakala yang terdengari di berbagai negara itu adalah "Terompet Malaikat Isrofil" yang mulai ditiup. Isrofil adalah malaikat peniup sangkakala sebagai penanda tibanya Hari Kiamat atau akhir zaman --kehancuran alam dunia beserta segala isinya.

Seperti diberitakan situs-situs berita plus video yang diunggah di Youtube, yang disebut media sebagai "Terompet Sangkakala" tak lain adalah suara "aneh" mirip terompet yang terdengar dari langit (angkasa), namun lokasi sumbernya tak diketahui.

Suaranya berupa gemuruh yang menyerupai bunyi terompet itu terdengar di Kanada, Australia, Jerman, dan Amerika Serikat.

Temuan NASA & LAPAN
Sekitar tahun 2012, Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) pernah meluncurkan sebuah misi bernama Wilkonson Microwave Anisotropy Probe (WMAP), sebuah alat melihat kosmologi atau studi tentang sifat alam semesta. Alat berbentuk seperti satelit ini berfungsi memetakan atau melakukan observasi terhadap alam semesta.

Seperti dikutip dari laman Space, WMAP berhasil memindai fakta bahwa alam semesta yang kita tinggali saat ini ternyata berbentuk menyerupai terompet.

Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) memperkirakan suara yang disebut-sebut "Terompet Sangkakala" itu bukan dari luar bumi.

Ketua LAPAN Thomas Djamaludin mengatakan, suara aneh dari langit itu masih berasal dari bumi, bukan dari luar angkasa.

“Kalau [suara aneh] itu dari luar bumi tidak mungkin. Suaranya menjalar lewat medium udara. Kalau di luar angkasa 'kan tidak ada atmosfer, jadi tidak mungkin suara bisa merambat,” tuturnya seperti dikutip Antara.
Thomas menjelaskan, suara itu bisa terjadi akibat aktivitas alam seperti angin. Suara dari alat industri maupun perangkat buatan manusia untuk tujuan penelitian juga dapat menjadi salah satu kemungkinannya.

Penelitian dari beberapa ahli menyebutkan, suara terompet atau dengungan itu dengan istilah “The Hum”  atau “The Earth’s Hum” (Dengungan Bumi).

Dengungan Misterius Bumi itu bisa terdengar saat semua suara yang biasa terdengar menjadi lenyap. Dengungan ini adalah suara berfrekuensi rendah yang dapat terdengar oleh sebagian orang di sebagian wilayah.

Frekuensi suara ini hanya berkisar sekitar 10 hertz, jauh dibawah batas minimal frekuensi pendengaran manusia, yaitu 20 hertz. Di sebagian wilayah, suara ini bisa terdengar lebih keras dibanding tempat lain.

Para ilmuwan di Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional (NASA) percaya kebisingan berpotensi berasal dari “kebisingan latar belakang” Bumi.

“Jika manusia memiliki antena radio–bukan–telinga, kita akan mendengar sebuah simfoni luar biasa dari suara-suara aneh yang datang dari planet kita sendiri,” demikian pernyataan NASA seperti dikutip Tech Times.

Perspektif Islam
Umat Islam yang beriman kepada para malaikat dan adanya Hari Kiamat tidak merasa aneh dengan isu Terompet Sangkakala ini. Malaikat yang bertugas meniup sangkakala tanda tibanya Hari Kiamat adalah Isrofil.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Yunahar Ilyas membantah bahwa suara terompet sangkakala yang menghebohkan netizen itu adalah bunyi sangkakala malaikat Israfil sebagai tanda hari kiamat.

“Saya punya keyakinan itu bukan bunyi sangkakala Isrofil dan bukan tanda hari kiamat,” tegas Yunahar seperti disiarkan TV One, Selasa (26/5/2017).

“Dalam Islam, ttiupan sangkakala tanda kiamat itu akan terdengar di seluruh dunia. Tiupan pertama akan membuat seluruh makhluk mati, baru tiupan kedua semua hidup lagi,” jelasnya.

Menurutnya, tiupan sangkakala juga akan didahului dengan tanda-tanda hari kiamat lainnya, seperti matahari yang terbit dari barat.

Perkuat Iman
Percaya adanya Hari Kiamat dan Malaikat, termasuk malaikat Isrofil yang bertugas meniup sangkakala saat Hari Kiamat tiba, termasuk Rukun Iman (Arkanul Iman) dalam Risalah Islam.

Dalam Al-Quran fenomena kiamat antara lain disebutkan dalam Surah An-Nazi’at yang menurut mufasir merupakan surat untuk membangkitkan kesadaran hati manusia terhadap hakikat akhirat (kehidupan setelah kiamat).

Dalam ayat 6-9 disebutkan: "(Sungguh, kamu akan dibangkitkan) pada hari ketika tiupan pertama mengguncangkan alam. (Tiupan sangkakala pertama) itu diiringi oleh tiupan kedua. Hati manusia pada waktu itu merasa sangat takut. Pandangannya tunduk. (Tafsir An-Nazi'at).

Dalam tafsir ayat disebutkan, malaikat Israfil akan meniupkan sangkakala sebanyak tiga kali:
  1. Tiupan Pertama: Nafkhatul faza’ (untuk menakutkan)
  2. Tiupan Kedua: Nafkhatul sa’aq (untuk mematikan)
  3. Tiupan Ketiga: Nafkhatul ba’ats (untuk menghidupkan kembali)
Tiupan sangkakala pertama sebagai peringatan tibanya Hari Kiamat. Suara terompet sangkakala kedua akan terdengar hingga lapisan langit ketujuh.

Pada saat malaikat Israfil meniup sangkakala untuk ketiga kalinya, ia akan membangkitkan ruh makhluk-makhluk. Semuanya bangkit kembali untuk menunggu penghakiman Allah SWT (Hari Pembalasan).

Sangkakala ketiga tercantum dalam Surah Yasin:51-53:

“Dan ditiuplah sangkakala, maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka. Mereka berkata: "Aduh celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?" Inilah yang dijanjikan (Tuhan) Yang Maha Pemurah dan benarlah Rasul-rasul(Nya). Tidak adalah teriakan itu selain sekali teriakan sahaja, maka tiba-tiba mereka dikumpulkan kepada Kami”.

Apa pun penjelasan ilmiah dari para ilmuwan tentang Terompet Sangkakala, sebagai orang beriman kita yakin, fenomena alam apa pun terjadi atas kehendak Allah dan menunjukkan ke-Mahakuasaan-Nya.

Dalam perspektif Islam, semua makhluk Allah, termasuk pohon-pohon, hakikatnya mengeluarkan suara, yaitu membaca tasbih:

"Langit yang tujuh dan bumi serta sekalian makhluk yang ada padanya, sentiasa mengucap tasbih bagi Allah dan tiada sesuatupun melainkan bertasbih dengan memujiNya; akan tetapi kamu tidak faham akan tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyabar, lagi Maha Pengampun." (QS. Al-Israa:44).

Baca: Semua Tumbuhan dan Hewan Bertasbih Memuji Allah SWT

Bagi kaum Muslim, isu Terompet Sangkakala juga sebagai penguat iman kepada Hari Kiamat dan Malaikat, serta sebagai tadzkirah akan adanya hari akhir, sehingga kita termotivasi untuk terus meningkatkan iman, takwa, dan amal sholeh untuk persiapan kehidupan di alam akhirat. Wallahu a'lam bish-shawabi. (www.risalahislam.com).*

Bacaan Doa Pembuka & Penutup Khotbah Jumat dan Ceramah

Khotbah Jumat atau ceramah
Kumpulan Bacaan Doa Pembuka & Penutup Khotbah Jumat dan Ceramah - Tausiyah.
 
DALAM Khotbah Jumat atau ceramah agama (Islam), bacaan doa iftitah merupakan keniscayaan.

Dalam doa pembuka itu, kita menyampaikan pujuan kepada Allah SWT (hamdalah) dan sholawat kepada Nabi Muhammad Rasulullah Saw.

Mengucapkan hamdalah dan sholawat merupakan bagian dari rukum khutbah.

Lima rukun khutbah selengkapnya:
  1. Mengucapkan Hamdallah (Alhamdulillah) 
  2. Membaca Shalawat kepada Nabi Muhammad SAW 
  3. Berwasiat untuk Takwa 
  4. Membaca Ayat Al-Qur'an 
  5. Berdoa untuk kaum Mukminin
Berikut ini koleksi doa atau bacaan pembuka, iftitah, mukadimah, serta penutup Khotbah Jumat yang bisa menjadi pegangan para khotib Jumat. 

Bacaan pembuka khutbah atau ceramah ada ringkas (pendek), sedang, ada juga yang panjang.

Bacaan Doa Pembuka & Penutup Khotbah Jumat dan Ceramah

 Doa Pembuka Pendek (1) 

الحمد لله وحده والصلاة والسلام على رسوله وآله وصحبه.. وبعد 

Doa Pembuka Pendek (2)
 
الحمد لله وحده، والصلاة والسلام على من لا نبي بعده، سيدنا ونبينا محمد، وعلى آله وصحبه وسلم. أما بعـد 

Doa Pembuka Pendek (3)
 
الحمد لله وحده والصلاة والسلام على رسوله وعلى آله وصحبه وسلم

Doa Pembuka Pendek (4)

الْحَمْدُ ِللهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ أَمَّا بَعْدَهُ

Doa Pembuka Pendek (5)

الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ


Doa Pembuka Panjang (1)

الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ اْلإِيْمَانِ وَاْلإِسْلاَمِ. وَنُصَلِّيْ وَنُسَلِّمُ عَلَى خَيْرِ اْلأَنَامِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ

Doa Pembuka Panjang (2)

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه
اللَّهُمَّ صَلِّ وسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ
 
Doa Pembuka Panjang (3)
 
إنَّ الحَمْدَ لله، نَحْمَدُه، ونستعينُه، ونستغفرُهُ، ونعوذُ به مِن شُرُورِ أنفُسِنَا، وَمِنْ سيئاتِ أعْمَالِنا، مَنْ يَهْدِه الله فَلا مُضِلَّ لَهُ، ومن يُضْلِلْ، فَلا هَادِي لَهُ. أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
اَللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدًى

Doa Pembuka Panjang (4)

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَنْزَلَ عَلَى عَبْدِهِ آيَاتٍ بَيِّنَاتٍ لِيُخْرِجَ النَّاسَ بِهَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوْرِ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. أَيـُّهَا النَّاسُ، اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. أَمَّا بَعْدُ؛ 

Doa Pembuka Panjang (5)

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ.
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. امابعد
فَيَاآيُّهَا الْحأضِرُوْنَ الْكِرَامِ . اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Doa Pembuka Panjang (6)

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَلِيُّ الصَّالِحِينَ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا خَاتَمُ الأَنْْْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِينَ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ., أَمَّابعد

Doa Pembuka Panjang (7)

 اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأََشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ؛

Doa Pembuka Panjang (8)

اَلْحَمْدُ ِللهِ الْمَلِكِ الْحَقِّ الْمُبِيْنِ، الَّذِي حَبَانَا بِالْإِيْمَانِ واليقينِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّد،ٍ خَاتَمِ الأَنْبِيَاءِ وَالمُرْسَلِين، وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِيِن، وَأَصْحَابِهِ الأَخْيَارِ أَجْمَعِين، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ


 Doa Penutup Khotbah Jumat Pertama

بَارَكَ اللهُ لِي وَلكُمْ فِى الْقُرآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّى وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ , وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّحِمِيْنَ.

Bacaan Doa Penutup Khotbah Jumat


اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ.رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ ٱلْوَهَّابُرَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَرَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وصلى الله على نبينا محمد وعلى اله وصحبه أجمعينسُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَوَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Demikian Koleksi Bacaan Doa Pembuka & Penutup Khotbah Jumat dan Ceramah. Semoga bermanfaat. (www.risalahislam.com).*

Meski Gundah, Orang Beriman Pantang Mengeluh!

doa shalat di gurun
Orang beriman juga pantang berkeluh-kesah, apalagi sumpah-serapah, di status media sosial.

ALLAH SWT menyukai mukmin yang kuat dan pantang mengeluh. Jikapun ia mengalami hal yang tidak diinginkannya, misalnya terkena musibah, maka ia tetap sabar dan tawakal karena yakin Allah SWT senantiasa memberikan hal terbaik bagi hamba-Nya dan Dia tidak akan memberikan beban yang melebihi kemampuan hamba untuk mengatasinya.

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya…” (QS. Al-Baqarah:286).

"Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah dari mukmin yang lemah dan semuanya baik. Berusahalah untuk meraih apa yang bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada Allah dan jangan lemah, jika menimpamu sesuatu hal, jangan katakan seandainya aku lakukan ini dan itu, akan tetapi katakanlah: “Allah telah mentaqdirkannya dan apa yang Dia kehendaki Dia lakukan”, karena ucapan “seandainya” akan membuka (memberi peluang bagi) perbuatan setan”. (HR. Muslim).

Mengeluh kepada Allah Saja! 

Saat mengalami sesuatu yang tidak diinginkan, seorang mukmin dianjurkan berdoa: Qoddarallahu wa maa syaa-a fa'al.

قَدَّرَ اللهُ وَماَ شَاءَ فَعَلَ

"Allah telah mentaqdirkannya dan apa yang Dia kehendaki Dia lakukan".

Selain itu, seorang mukmin juga hanya berkeluh-kesah di hadapan Allah SWT saja, mengadukan segala masalah hanya kepada Allah SWT, bukan di status Facebook, misalnya.

"Hendaklah di antara kalian mengadukan segala urusannya hanya kepada Allah saja, walaupun hanya tali sandal yang putus." (HR. Tirmidzi).

Masalah Akan Selalu Ada
Masalah akan selalu ada karena hidup ini adalah ujian. Terlebih lagi bagi kaum Muslim atau kaum Mukmin.

"Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun“ (QS Al-Mulk:2)

"Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar benarnya), dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan “. (QS Al-Anbiyaa 35 )

''Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan.'' (QS Al-Baqarah:155).

"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan (saja) hanya dengan mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia pasti mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-Ankabut:2-3).

Demikianlah kaum beriman. Meski Gundah, Orang Beriman Pantang Mengeluh! Kalaupun harus "curhat" tentang kegundahannya, ia hanya "mengeluh" dan berdoa kepada Allah SWT!  

Semoga Allah SWT memberi kita kekuatan, agar senantiasa tegar dalam menghadapi ragam masalah, tidak mengeluh --apalagi mengumbar keluhan di media sosial. Semoga kita senantiasa yakin bahwa Allah memberikan yang terbaik. Amin....! Wallahu a'lam bish-showabi. (http://www.risalahislam.com).*

Hukum Mempermainkan Bacaan Al-Quran

Bacaan Al-Quran
Membaca Al-Quran dengan langgam yang tidak lazim bisa masuk kategori mempermainkan Al-Quran dan terkena hukum Istihza Bid-Din (mempermainkan agama).
 

PEMBACAAN ayat-ayat Al-Qur’an menggunakan langgam Jawa dalam peringatan Isra Mi'raj 1436 H/2017 M di Istana Negara menjadi sorotan. Kaum Muslim dibuat "heboh" dengan ketidaklaziman bacaan Al-Quran tersebut.

Mayoritas ulama berpendapat, meski tidak ada larangan secara pastu (qath'i), membaca Al-Quran dengan langgam yang tidak lazim tersebut bisa dikategorikan mempermainkan Al-Quran dan terkena hukum Istihza Bid-Din (mempermainkan agama).

Dalam Islam, mempermainkan agama atau memperolok ayat-ayat Allah SWT sangat dilarang, berdasarkan sejumlah nash Al-Quran sebagai berikut:

“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” (QS. At-Taubah:65).

"Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di dalam Kitab bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan, maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain...." (QS. 4:140).

"Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika syaitan menjadikan kamu lupa, janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat (akan larangan itu)." (QS. 6:68).

"Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan sendau gurau, dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah dengannya agar masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka, karena perbuatannya sendiri. Tidak akan ada baginya pelindung dan tidak (pula) pemberi syafa’at selain daripada Allah. Dan jika ia menebus dengan segala macam tebusan pun, niscaya tidak akan diterima itu daripadanya. Mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan ke dalam neraka, disebabkan perbuatan mereka sendiri. Bagi mereka minuman dari air yang sedang mendidih dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka dahulu." (QS. 6:70).

Al-Quran adalah Kitab Suci umat Islam, kalamullah, dan cara membacanya sudah ditentukan sedemikian rupa, seperti makhorijul huruf dan tajwid. Langgamnya pun, karena Al-Quran berbahasa Arab, maka pelafalan dan "nada" pun harus menyesuaikan dengan cara pembacaan yang dilakukan Rasulullah Saw dan para sahabat yang "kebetulan" orang Arab.

Semoga "keanehan-keanehan" yang membuat geram umat Islam seperti ini tidak terus terjadi di era rezim pemerintahan sekarang ini.

Semoga Allah SWT memberi kita kekuatan agar senantiasa muliakan Al-Quran, membaca dan mengamalkankan dengan baik, serta agar kita menjauhkan diri dari mempermainkan bacaan Al-Quran apalagi menistakannya. Na'udzubillah... Amin Yaa Rabbal 'Alamin. Wallahu A'lam Bish-Shawabi. (www.risalahislam.com).*

Keutamaan dan Amalan Khusus Bulan Sya'ban

amalan bulan sya'ban
Keutamaan, Amalan Sunah, dan Kedudukan Malam Nishfu Sya'ban.

BULAN Sya’ban (ruwah) termasuk bulan istimewa dalam Islam. Salah satunya karena Syaban adalah “pintu gerbang” memasuki bulan suci Ramadhan.

Pada bulan inilah sebaiknya kita “berlatih puasa” dengan rajin berpuasa sunah, sekaligus memperdalam ilmu puasa.

Dalam mengisi bulan Sya'ban dengan amalan sunah, Rasulullah Saw memberi teladan dengan banyak berpuasa.

Diriwayatkan dari Aisyah r.a.:

"Terkadang Nabi Saw puasa beberapa hari sampai kami katakan, ‘Beliau tidak pernah tidak puasa, dan terkadang beliau tidak puasa terus, hingga kami katakan: Beliau tidak melakukan puasa. Dan saya tidak pernah melihat Nabi Saw berpuasa sebulan penuh kecuali di bulan Ramadhan, saya juga tidak melihat beliau berpuasa yang lebih sering ketika di bulan Sya’ban.” (HR. Al Bukhari dan Muslim).

Keutamaan Sya'ban
Sya’ban adalah bulanku, Ramadhan adalah bulan Allah. Sya’ban adalah bulan yang menyucikan dan Ramadhan adalah bulan penghapusan dosa” (HR. Imam al-Dailami)

Hadits tersebut menegaskan keutamaan dan posisi Sya'ban sebagai pintu gerbang memasuki Ramadhan. Tingkatannya di bawah Ramadhan sebaiah bulan Allah (Syahrulllah); Sya'ban disebut "Syahrun Nabi" atau bulan Nabi Saw.

Catatan Amal Diangkat

Salah satu alasan Rasul memperbanyak puasa atau ibadah lainnya, karena bulan Sya’ban merupakan diangkatnya catatan amal manusia.

ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

"Bulan Sya’ban adalah bulan di mana manusia mulai lalai yaitu di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam. Oleh karena itu, aku amatlah suka untuk berpuasa ketika amalanku dinaikkan.” (HR. An- Nasa’i).

"Pada bulan itu (Sya’ban) perbuatan dan amal baik diangkat kepada Tuhan semesta alam, maka aku ingin ketika amalku diangkat, aku dalam keadaan puasa". (HR. Abu Dawud).

Ibnu Rajab mengatakan, “Dalam hadits di atas terdapat dalil mengenai dianjurkannya melakukan amalan ketaatan di saat manusia lalai. Inilah amalan yang dicintai di sisi Allah” (Lathoif Al Ma’arif).

Puasa Sunah Sya'ban Ibarat Shalat Rawatib

Puasa bulan Sya’ban ibarat ibadah shalat sunat rawatib yang “mengapit” shalat fardhu, sebelum dan sesudahnya.

“Sebagaimana shalat rawatib adalah shalat yang memiliki keutamaan karena ia mengiringi shalat wajib, sebelum atau sesudahnya, demikianlah puasa Sya’ban. Karena puasa di bulan Sya’ban sangat dekat dengan puasa Ramadhan, maka puasa tersebut memiliki keutamaan. Dan puasa ini bisa menyempurnakan puasa wajib di bulan Ramadhan.” (Lathoif Al Ma’arif, Ibnu Rajab).

Malam Nisfhu Sya’ban
Sebagian umat Islam melakukan “amalan khusus” pada malam pertengahan bulan Sya’ban –dikenal dengan sebutan Malam Nishfu Sya’ban. Salah satu dalil yang digunakan adalah hadits dari Siti Aisyah r.a.

"Suatu malam Rasulullah salat, lalu beliau bersujud panjang sehingga aku menyangka bahwa Rasulullah telah diambil (wafat). Karena curiga, maka aku gerakkan telunjuk beliau dan ternyata masih bergerak. Setelah Rasulullah usai salat, beliau berkata: "Hai A'isyah, engkau tidak dapat bagian?"

“Lalu aku menjawab: "Tidak, ya Rasulallah! Aku hanya berfikiran yang tidak-tidak (menyangka Rasulullah wafat) karena engkau bersujud begitu lama". Lalu beliau bertanya: "Tahukah engkau, malam apa sekarang ini". "Rasulullah yang lebih tahu," jawabku. "Malam ini adalah malam nishfu Sya'ban, Allah mengawasi hamba-Nya pada malam ini, maka Dia memaafkan mereka yang meminta ampunan, memberi kasih sayang kepada mereka yang meminta kasih sayang, dan menyingkirkan orang-orang yang dengki" (HR. Baihaqi).

Menurut perawinya, hadits tersebut mursal, yakni ada perawi yang tidak sambung ke sahabat, namun cukup kuat.

Dalam hadits lain yang dinilai lemah (dhoif) oleh kalangan ulama hadits, Rasulullah Saw bersabda:

"Malam nishfu Sya'ban, maka hidupkanlah dengan shalat dan puasalah pada siang harinya. Sesungguhnya Allah turun ke langit dunia pada malam itu, lalu Allah bersabda: ‘Orang yang meminta ampunan akan Aku ampuni, orang yang meminta rezeki akan Aku beri dia rezeki, orang-orang yang mendapatkan cobaan maka aku bebaskan, hingga fajar menyingsing." (H.R. Ibnu Majah, dengan sanad lemah).

Jumhur (mayoritas) ulama berpendapat, hadits lemah boleh digunakan untuk Fadlail A'mal (keutamaan amal).

Walaupun hadits-hadits kedudukannya tersebut tidak sahih, namun merujuk kepada dari hadits-hadits lain yang menunjukkan kautamaan bulan Sya'ban, dapat diambil kesimpulan: malam Nisfu Sya'ban juga memiliki keutamaan.

Amaliah Sunah Malam Nishfu Sya'ban

Hanya saja, jenis ibadah Nishfu Sya’ban harus seperti dicontohkan Rasulullah, yakni memperbanyak shalat malam dan puasa.

Mengisi malam Nishfu Sya'ban dengan amalan yang berlebih-lebihan, atau diada-adakan, seperti dengan shalat malam berjamaah, dzikir bersama, dan sejenisnya, bisa terjerumus ke perbuatan bid’ah karena Rasulullah tidak pernah melakukan atau mencontohkannya.

“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim).

Mayoritas ulama melihat tidak ada satu dalil pun yang shahih yang menjelaskan keutamaan apalagi “ibadah khusus” malam Nishfu Sya’ban. Bahkan, Ibnu Rajab mengatakan:

“Tidak ada satu dalil pun yang shahih dari Nabi Saw dan para sahabat. Dalil yang ada hanyalah dari beberapa tabi’in yang merupakan fuqoha’ negeri Syam.” (Lathoif Al Ma’arif).

Seorang ulama yang pernah menjabat sebagai Ketua Lajnah Ad Da’imah (komisi fatwa di Saudi Arabia) yaitu Syeikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz mengatakan:

“Hadits yang menerangkan keutamaan malam nishfu Sya’ban adalah hadits-hadits yang lemah yang tidak bisa dijadikan sandaran. Adapun hadits yang menerangkan mengenai keutamaan shalat pada malam nishfu sya’ban, semuanya adalah berdasarkan hadits palsu (maudhu’). Sebagaimana hal ini dijelaskan oleh kebanyakan ulama.” (At Tahdzir minal Bida’).

Syeikh Ibnu Baz juga menegaskan: “Hadits tentang menghidupkan malam nishfu Sya’ban, tidak ada satu dalil shahih pun yang bisa dijadikan penguat untuk hadits yang lemah tadi.” (At Tahdzir minal Bida’).

Semoga kita mampu menyikapi permasalahan Nishfu Sya’ban dengan bijak dan demi niat mencapai ridha Allah SWT semata. Amin. Wallahu a’lam bish-shawab. (www.risalahislam.com).*

Awal Ramadhan di Amerika Utara Kamis 18 Juni 2017

Awal Ramadhan di Amerika Utara Kamis 18 Juni 2017
Awal Puasa Ramadhan 1436 H di Amerika Utara dan Indonesia Kamis 18 Juni 2017.

KAUM Muslim di Amerika Utara akan mulai puasa Ramadhan 1436 H pada Kamis 18 Juni 2017, menurut perhitungan astronomi.

"Hari pertama Ramadhan akan jatuh pada Kamis 18 Juni 2017," demikian Dewan Fiqih Amerika Utara (FCNA) dalam pernyataannya seperti dikutip OnIslam.net.

Pengumuman awal puasa Ramadhan FCNA muncul setelah Masyarakat Islam Amerika Utara (ISNA) meluncurkan kampanye Satuan Tugas Masjid Hijau (Green Masjid Task Force) agar masjid-masjid dan Islamic Center di Amerika menjadikan Ramadhan lebih ramah lingkungan, termasuk kian dermawan guna membantu kaum miskin.

Awal Ramadhan di Indonesia Juga Kamis
Hari pertama Ramadhan di Indonesia juga akan jatuh pada Kamis 18 Juni 2017. Bahkan, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menyatakan, awal puasa di Indonesia selama 2017-2022 akan sama, tidak ada perbedaan di antara ormas-ormas Islam.*

Baca Juga: Panduan Lengkap Amaliah Ramadhan

Hukum Memakai Cincin di Jari Tengah dan Telunjuk

Memakai Cincin di Jari Tengah dan Telunjuk
Islam melarang umatnya memakai cincin di jari tengah dan telunjuk. Cincin Batu Akik cenderung menjadi pakai syuhrah.

MEMAKAI cincin boleh di jari tangan kanan atau kiri. Namun, satu hal yang harus diperhatikan, sebaiknya –seperti dicontohkan Rasulullah Saw– cincin dikenakan pada jari manis tangan kanan.

Dilarang memakai cincin pada jari telunjuk dan jari tengah. Siti Aisyah, istri Rasulullah Saw, meriwayatkan, Rasulullah melarang umatnya memakai cincin pada jari tengah karena hal itu menyerupai kaum Nabi Luth a.s.

Kita tahu, kaum Nabi Luth mempraktikkan perilaku seks menyimpang, yakni homoseksualitas. Masa kini, jari tengah juga simbol cabul, jorok, yang mengarah pada pornoisme.

كَانَ خَاتِمُ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فِى هَذِهِ. وَأَشَارَ إِلَى الْخِنْصَرِ مِنْ يَدِهِ الْيُسْرَى
 
Dari ‘Ali bin Abi Thalib berkata, “Rasulullah Saw melarang kami untuk memakai cincin pada jari ini atau yang sampingnya. Beliau mengisyaratkan pada jari tengah dan sampingnya (telunjuk).” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam riwayat An-Nasa’i: “Rasulullah Saw melarangku untuk memakai cincin pada jari telunjuk dan jari tengah.”


Cincin Batu Akik = Syuhrah

Saat ini banyak pria menggunakan cincin batu akik lebih dari satu. Larangannya tetap sama, yaitu jangan dikenakan di jari tengah dan telunjuk.

Para ulama berpendapat, memakai cincin lebih dari satu termasuk pakaian syuhrah --pamer, menarik perhatian.

Islam melarang kaum Muslim mengenakan pakaian syuhrah sebagaimana hadits Nabi Saw:

"Siapa yang memakai pakaian syuhrah di dunia, maka Allah akan memberinya pakaian hina pada hari kiamat." (HR. Ahmad, Abu Daud, dan Nasai).


Syuhroh itu, menurut para ulama, artinya “mengundang perhatian banyak orang”, baik karena berlebihan maupun karena “terlalu jelek”.

Pakaian syuhrah juga dipahami sebagai pakaian yang dipakai dengan tujuan meraih popularitas di tengah-tengah orang banyak, baik pakaian itu harganya mahal yang dipakai oleh seseorang untuk berbangga dengan harta dan perhiasannya, maupun pakaian murahan yang dipakai oleh seseorang untuk menampakkan kezuhudannya dan dengan tujuan riya’.

Imam As Sarkhasi dalam Al Mabsuth mengatakan, “Maksud hadits tersebut, seseorang tidak boleh memakai pakaian yang sangat bagus dan indah, sampai mengundang perhatian banyak orang atau memakai pakaian yang sangat jelek (lusuh), sampai mengundang perhatian juga. Wallahu a’lam bish-shawabi. (www.risalahislam.com).*

Muslim Aceh Rangkul Pengungsi Rohingya: Indahnya Ukhuwah Islamiyah

pengungsi Muslim Rohingya
Ukhuwah Islamiyah sudah menunjukkan keindahannya di Aceh. Sesama Muslim adalah saudara: kaljasadil wahid (bagaikan satu tubuh).
 
KEIKHLASAN Muslim Aceh dan umumnya Muslim Indonesia yang merangkul dan membantu pengungsi Muslim Rohingya membuktikan satu hal: Indahnya Ukhuwah Islamiyah. Persaudaraan dalam Islam bukan omong kosong. Kasih sayang dalam Islam bukan basa-basi!

Salut dan "iri" buat amal sholeh Muslim Aceh dan Muslim mana pun yang sudah secara langsung memberikan bantuan atau menjadi "Kaum Anshar" kepada "Muhajirin Rohingya" yang terdampai di lautan itu! Salut! Allah SWT Maha Pemberi Balasan. Jazakumullah khoiron!
Muslim Rohingya merasakan betul indahnya ukhuwah itu. Muslim Aceh juga demikian, merasakan betul indahnya menolong sesama Muslim yang tengah dalam kesulitan.

“Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat. Barang siapa yang menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, pasti Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah senantiasa menolong hamba Nya selama hamba Nya itu suka menolong saudaranya”. (HR. Muslim).

Pada suatu hari Rasululah SAW ditanya oleh sahabat beliau : “Ya Rasulullah, siapakah manusia yang paling dicintai Allah dan apakah perbuatan yang paling dicintai oleh Allah ? Rasulullah SAW menjawab : “Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah manusia yang paling banyak bermanfaat dan berguna bagi manusia yang lain; sedangkan perbuatan yang paling dicintai Allah adalah memberikan kegembiraan kepada orang lain atau menghapuskan kesusahan orang lain, atau melunasi hutang orang yang tidak mampu untuk membayarnya, atau memberi makan kepada mereka yang sedang kelaparan dan jika seseorang itu berjalan untuk menolong orang yang sedang kesusahan itu lebih aku sukai daripada beri’tikaf di masjidku ini selama satu bulan ” (HR. Thabrani).

"Setiap gerakan pertolongan merupakan nilai pahala ” Siapa yang menolong saudaranya yang lain maka Allah akan menuliskan baginya tujuh kebaikan bagi setiap langkah yang dilakukannya ” (HR. Thabrani).

"Siapa yang bersikap ramah kepada orang lain dan meringankan beban hidupnya baik sedikit maupun banyak maka kewajiban bagi Allah untuk memberikan kepadanya pelayanan dengan pelayanan surga” (HR Thabrani ).

Baca Juga:
1. Keutamaan Membantu Sesama
2. Bantulah Orang Lain, Allah Akan Membantu Anda!

Ungkapan seorang pengungsi Rohingya yang mengatakan "Lebih baik kami mati dipangkuan saudara kami muslim Aceh (di sini), daripada harus menerima siksaan setiap hari dari militer dan aparat pemerintah Burma” sangat menyentuh rasa kemanusiaan sekaligus rasa ukhuwah kita.

Seperti diberitakan Serambi Indonesia, untaian kalimat itu diucapkan seorang pencari suaka ke negara ketiga asal Burma (salah satu provinsi di Myanmar Barat), ketika berbincang-bincang dengan anggota DPRA, Bardan Sahidi di lokasi penampungan imigran asal Myanmar dan Banglades di Aceh Utara, dua hari lalu.

Menurut Bardan, apa yang disuarakan laki-laki asal Burma tersebut bisa dipastikan mewakili suara dan perasaan para imigran lainnya yang harus meninggalkan negara asal mereka dan sebagian kini terdampar di Aceh Utara, Kota Langsa, dan Aceh Tamiang.

Anggota DPRA lainnya yang juga dari Komisi I, Iskandar Usman meminta Pemerintah Pusat segera bersikap terkait nasib etnis Rohingya yang saat ini terdampar di Kabupaten Aceh Utara. Menurut Iskandar, Indonesia perlu mengirim surat ke PBB untuk meminta bantuan kemanusian dan juga andil politik sehingga pelanggaran HAM yang dialami warga Rohingya bisa digubris dunia internasional.

"Mereka merupakan warga muslim korban kekejaman junta militer. Sudah sepatutnya Indonesia sebagai komunitas terbesar Islam untuk bersikap sebagai sesama muslim,” kata politisi Partai Aceh ini.

Sesama Muslim adalah saudara. Islam menggambarkan indahnya ukhuwah Islamiyah itu dalam sebuah hadits Rasulullah Saw:
وَعَنِ النُّعْمَانِ بِنْ بشِيْرٍرَضِىَ اللّهِ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللّهِ ص م مَثَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ فِى تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمهِمْ وَتَعَا طُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ اِذَااشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُالْجَسَدِبِاالشَّهْرِوَالْحُمَّى متفق عليه
 
"Dari An-Nu’man bin Basyir r.a barkata, Rasulullah berkata, perumpaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai, saling menyayangi dan kasih mengasihi adalah seperti satu tubuh, dimana apabila ada salah satu anggota tubuh yang mengaduh kesakitan maka anggota-anggota tubuh yang lain ikut merasakannya yaitu dengan tidak bisa tidur dan merasa demam." (HR. Bukhori dan Muslim).

Semoga ditemukan solusi terbaik bagi saudara seiman kita, Muslim Rohingya, juga kaum Muslimin di mana pun berada. Ukhuwah Islamiyah sudah menunjukkan keindahannya di Aceh dan seluruh dunia. Wallahu a'lam bish-shawabi. (www.risalahislam.com).*

Rasulullah Saw Perintahkan Imam Shalat Berjamaah Meringankan Bacaan

imam shalat berjamaah
TANYA: Ada imam sholat yang suka lama banget ngimamin shalatnya. Baca Qurannya panjang, ruku' dan sujudnya juga lama, lebih lama dari kebiasaan jamaah pada umumnya.

Bukankah Rasulullah Saw memerintahkan para imam sholat untuk meringankan bacaannya?

JAWAB: Rasulullah Saw memerintahkan para imam shalat meringankan bacaan merupakan perkara yang sudah dipahami oleh para ulama, ustadz, yang biasa menjadi imam shalat atau memimpin shalat berjamaah.

Dalam hadits-hadits shahih, termasuk dalam Kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, jelas sekali Nabi Muhammad Saw memerintahkan para imam untuk meringankan bacaan shalat. Lain halnya jika shalat sendirian. 

إِذاَ صَلَّى أَحَدُكُمْ بِالنَّاسِ فَلْيُخَفِّفْ

“Apabila salah seorang di antara kalian mengimami shalat, maka ringankanlah shalatnya”.  (HR. Bukhari dan Muslim)

Artinya, jika shalat sendiri, dipersilakan shalat lama dan bacaannya sepanjang-panjangnya. Bebas. Namun, jika jadi imam, maka ringankanlah bacaannya, pendekkan, karena jamaah itu beragam dan punya kepentingan sendiri-sendiri.

Inilah indahnya Islam. Sangat manusiawi. Rasulullah saja paham dan maklum, masa para imam tidak?

Berikut ini hadits-hadits selengkapnya tentang imam shalat yang harus meringankan bacaan.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِذَا أَمَّ أَحَدُكُمْ النَّاسَ فَلْيُخَفِّفْ فَإِنَّ فِيهِمْ الصَّغِيرَ وَالْكَبِيرَ وَالضَّعِيفَ وَالْمَرِيضَ فَإِذَا صَلَّى وَحْدَهُ فَلْيُصَلِّ كَيْفَ شَاءَ.

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Apabila salah seorang dalam kalangan kamu mengimamkan shalat, maka ringankanlah shalat (tersebut) karena dalam jama’ah tersebut ada golongan kanak-kanak, orang tua, orang yang lemah dan sakit. Sekiranya shalat bersendirian maka silahkan panjangkan bacaan menurut yang dikehendakinya.” (HR. Bukhari).

عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ الْأَنْصَارِيِّ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَاللَّهِ إِنِّي لَأَتَأَخَّرُ عَنْ صَلَاةِ الْغَدَاةِ مِمَّا يُطِيلُ بِنَا فِيهَا فُلَانٌ فَمَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَشَدَّ غَضَبًا فِي مَوْعِظَةٍ مِنْهُ يَوْمَئِذٍ فَقَالَ أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ مِنْكُمْ مُنَفِّرِينَ فَمَنْ صَلَّى بِالنَّاسِ فَلْيَتَجَوَّزْ فَإِنَّ فِيهِمْ الْكَبِيرَ وَالضَّعِيفَ وَذَا الْحَاجَةِ

Dari Abu Mas’ud Al Anshari ia berkata, “Seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam dan berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya tidak jadi ikut melaksanakan shalat subuh karena lamanya shalat yang dilakukan oleh Fulan bersama kami.” Maka saya tidak pernah melihat Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam marah melebihi kemarahannya pada saat itu ketika sedang memberikan nasihat. Beliau bersabda: “Wahai manusia, sesungguhnya di antara kalian ada orang-orang yang membuat lari orang lain, maka barangsiapa sholat bersama manusia (sebagai Imam), maka hendaknya ia meringankannya. Sebab di antara mereka ada orang yang telah tua, orang lemah, dan orang yang memiliki keperluan.” (HR. Ad Darimi).

Anas bin Malik berkata:

مَا صَلَّيْتُ وَرَاءَ إِمَامٍ قَطُّ أَخَفَّ صَلَاةً وَلَا أَتَمَّ مِنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَإِنْ كَانَ لَيَسْمَعُ بُكَاءَ الصَّبِيِّ فَيُخَفِّفُ مَخَافَةَ أَنْ تُفْتَنَ أُمُّهُ


“Aku tidak pernah shalat bersama seorang imam pun yang lebih pendek dan lebih sempurna shalatnya daripada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Jika Baginda mendengar tangisan bayi, maka dia akan meringankan shalat kerana takut akan menimbulkan fitnah terhadap ibunya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Ringkasnya, para imam shalat perlu menyadari, shalat berjamaah jangan sampai memberatkan jama’ah (makmum).

‘Umar bin al-Khattab r.a. juga turut mengingatkan para imam agar tidak menimbulkan kemarahan para jamaah sebagaimana diriwayatkan oleh al-Bayhaqi:

لَا تُبَغِّضُوْا إِلَى اللَّهِ عِبَادَهُ يَكُونُ أَحَدُكُمْ إِمَامًا فَيُطَوِّلُ عَلَى الْقَوْمِ الصَّلَاة حَتَّى يُبَغِّضَ إِلَيْهِمْ مَا هُمْ فِيْهِ
.

“Jangan kamu membuat seorang hamba itu marah terhadap Allah dengan sebab tindakan kamu memanjangkan bacaan ketika mengimamkan shalat.” 

Sekali lagi, masalah memanjangkan bacaan ini adalah berlainan situasinya jika shalat dilakukan sendirian. Shalat fardhu/shalat sunnah yang dilaksanakan seorang diri, diharuskan untuk memanjang bacaan sesuai dengan kemampuan. Wallahu a'lam bish-shawabi. (www.risalahislam.com).*

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:  إِذَا أَمَّ أَحَدُكُمْ النَّاسَ فَلْيُخَفِّفْ فَإِنَّ فِيهِمْ الصَّغِيرَ وَالْكَبِيرَ وَالضَّعِيفَ وَالْمَرِيضَ فَإِذَا صَلَّى وَحْدَهُ فَلْيُصَلِّ كَيْفَ شَاءَ.
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Apabila salah seorang dalam kalangan kamu mengimamkan shalat, maka ringankanlah shalat (tersebut) karena dalam jama’ah tersebut ada golongan kanak-kanak, orang tua, orang yang lemah dan sakit. Sekiranya shalat bersendirian maka silahkan panjangkan bacaan menurut yang dikehendakinya.” (HR. Bukhari)
عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ الْأَنْصَارِيِّ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَاللَّهِ إِنِّي لَأَتَأَخَّرُ عَنْ صَلَاةِ الْغَدَاةِ مِمَّا يُطِيلُ بِنَا فِيهَا فُلَانٌ فَمَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَشَدَّ غَضَبًا فِي مَوْعِظَةٍ مِنْهُ يَوْمَئِذٍ فَقَالَ أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ مِنْكُمْ مُنَفِّرِينَ فَمَنْ صَلَّى بِالنَّاسِ فَلْيَتَجَوَّزْ فَإِنَّ فِيهِمْ الْكَبِيرَ وَالضَّعِيفَ وَذَا الْحَاجَةِ
Dari Abu Mas’ud Al Anshari ia berkata, “Seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam dan berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya tidak jadi ikut melaksanakan shalat subuh karena lamanya shalat yang dilakukan oleh Fulan bersama kami.” Maka saya tidak pernah melihat Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam marah melebihi kemarahannya pada saat itu ketika sedang memberikan nasihat. Beliau bersabda: “Wahai manusia, sesungguhnya di antara kalian ada orang-orang yang membuat lari orang lain, maka barangsiapa sholat bersama manusia (sebagai Imam), maka hendaknya ia meringankannya. Sebab di antara mereka ada orang yang telah tua, orang lemah, dan orang yang memiliki keperluan.” (HR. Ad Darimi, Bab. Perintahkan meringankan shalat bagi imam)
Akan tetapi, bukanlah yang dimaksudkan meringkas shalat adalah membaca setiap rakaatnya dengan surat-surat pendek seperti Al-Ikhlash dan An-Nash atau semisalnya. Kita harus memahami maksud hadits di atas sebagaimana yang diinginkan oleh pembuat syariat yang mulia ini. Jika penafsiran suatu hadits diserahkan kepada semua pihak, niscaya mereka akan berbeda penafsiran dan akan terus berselisih. Misalnya tentang penafsiran hadits ini, seorang penghafal Alquran akan mengatakan bahwa Surat Al-Anfal, Surat Yusuf, Surat Yunus, dan semisalnya adalah surat-surat yang pendek (karena dia telah menghafalnya di luar kepala), sementara orang yang tidak mempunyai hafalan Alquran akan mengatakan bahwa surat Al-Ghosyiyah, Al-Alaq, Al-Balad, Adh-Dhuha, dan semisalnya adalah surat-surat yang panjang. Maka mustahil terjadi kesamaan persepsi dari setiap orang.
Oleh karena itu, kita harus mengetahui siapakah seseorang yang shalatnya ringkas (pendek) ketika menjadi imam? Jawabnya tidak lain adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana dalam sebuah hadits:
Dari Anas bin Malik berkata,
مَا صَلَّيْتُ وَرَاءَ إِمَامٍ قَطُّ أَخَفَّ صَلَاةً وَلَا أَتَمَّ مِنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَإِنْ كَانَ لَيَسْمَعُ بُكَاءَ الصَّبِيِّ فَيُخَفِّفُ مَخَافَةَ أَنْ تُفْتَنَ أُمُّهُ
“Aku tidak pernah shalat bersama seorang imam pun yang lebih pendek dan lebih sempurna shalatnya daripada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Jika Baginda mendengar tangisan bayi, maka dia akan meringankan shalat kerana takut akan menimbulkan fitnah terhadap ibunya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menunjukkan bahwa yang dicontohkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak hanya memendekkan shalat ketika menjadi imam, tetapi juga menyempurnakannya. Inilah maksud hadits yang diinginkan, karena demikianlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menerangkan sabdanya dengan praktik secara langsung yang dilihat oleh para sahabat setiap hari.
Dalam hal ini, para imam perlu menyadari bahwa shalat yang sempurna ialah shalat yang tidak memberatkan para jama’ah sehingga menarik hati para jemaah untuk terus memakmurkan rumah Allah dengan hati yang tenang, senang dan memudahkan.
‘Umar bin al-Khattab Radhiallahu Anhu juga turut mengingatkan imam agar tidak menimbulkan kemarahan para jamaah. Peringatan ‘Umar ini diriwayatkan oleh al-Bayhaqi dalam al-Sha‘ab dengan isnad yang sahih.
لَا تُبَغِّضُوْا إِلَى اللَّهِ عِبَادَهُ يَكُونُ أَحَدُكُمْ إِمَامًا فَيُطَوِّلُ عَلَى الْقَوْمِ الصَّلَاة  حَتَّى يُبَغِّضَ إِلَيْهِمْ مَا هُمْ فِيْهِ.
Jangan kamu membuat seorang hamba itu marah terhadap Allah dengan sebab tindakan kamu memanjangkan bacaan ketika mengimamkan shalat.”
Masalah memberat dan memanjangkan bacaan ini adalah berlainan situasinya jika shalat dilakukan sendirian. Shalat fardhu/shalat sunnah yang dilaksanakan seorang diri diharuskan untuk memanjang bacaan mengikut kemampuan individu tersebut. Hal ini berdasarkan hadits Abu Hurairah di atas.
- See more at: http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:j__tUN4sPMAJ:darussalam-online.com/perintah-meringankan-shalat-bagi-imam-dan-memperpanjang-rakaat-pertama/+&cd=2&hl=en&ct=clnk&client=firefox-b#sthash.PHBtp2L0.dpuf
Dalam hal panjang dan pendeknya bacaan, telah dibedakan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam antara shalat sendirian dan shalat berjamaah. Berliau bersabda,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:  إِذَا أَمَّ أَحَدُكُمْ النَّاسَ فَلْيُخَفِّفْ فَإِنَّ فِيهِمْ الصَّغِيرَ وَالْكَبِيرَ وَالضَّعِيفَ وَالْمَرِيضَ فَإِذَا صَلَّى وَحْدَهُ فَلْيُصَلِّ كَيْفَ شَاءَ.
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Apabila salah seorang dalam kalangan kamu mengimamkan shalat, maka ringankanlah shalat (tersebut) karena dalam jama’ah tersebut ada golongan kanak-kanak, orang tua, orang yang lemah dan sakit. Sekiranya shalat bersendirian maka silahkan panjangkan bacaan menurut yang dikehendakinya.” (HR. Bukhari)
عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ الْأَنْصَارِيِّ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَاللَّهِ إِنِّي لَأَتَأَخَّرُ عَنْ صَلَاةِ الْغَدَاةِ مِمَّا يُطِيلُ بِنَا فِيهَا فُلَانٌ فَمَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَشَدَّ غَضَبًا فِي مَوْعِظَةٍ مِنْهُ يَوْمَئِذٍ فَقَالَ أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ مِنْكُمْ مُنَفِّرِينَ فَمَنْ صَلَّى بِالنَّاسِ فَلْيَتَجَوَّزْ فَإِنَّ فِيهِمْ الْكَبِيرَ وَالضَّعِيفَ وَذَا الْحَاجَةِ
Dari Abu Mas’ud Al Anshari ia berkata, “Seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam dan berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya tidak jadi ikut melaksanakan shalat subuh karena lamanya shalat yang dilakukan oleh Fulan bersama kami.” Maka saya tidak pernah melihat Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam marah melebihi kemarahannya pada saat itu ketika sedang memberikan nasihat. Beliau bersabda: “Wahai manusia, sesungguhnya di antara kalian ada orang-orang yang membuat lari orang lain, maka barangsiapa sholat bersama manusia (sebagai Imam), maka hendaknya ia meringankannya. Sebab di antara mereka ada orang yang telah tua, orang lemah, dan orang yang memiliki keperluan.” (HR. Ad Darimi, Bab. Perintahkan meringankan shalat bagi imam)
Akan tetapi, bukanlah yang dimaksudkan meringkas shalat adalah membaca setiap rakaatnya dengan surat-surat pendek seperti Al-Ikhlash dan An-Nash atau semisalnya. Kita harus memahami maksud hadits di atas sebagaimana yang diinginkan oleh pembuat syariat yang mulia ini. Jika penafsiran suatu hadits diserahkan kepada semua pihak, niscaya mereka akan berbeda penafsiran dan akan terus berselisih. Misalnya tentang penafsiran hadits ini, seorang penghafal Alquran akan mengatakan bahwa Surat Al-Anfal, Surat Yusuf, Surat Yunus, dan semisalnya adalah surat-surat yang pendek (karena dia telah menghafalnya di luar kepala), sementara orang yang tidak mempunyai hafalan Alquran akan mengatakan bahwa surat Al-Ghosyiyah, Al-Alaq, Al-Balad, Adh-Dhuha, dan semisalnya adalah surat-surat yang panjang. Maka mustahil terjadi kesamaan persepsi dari setiap orang.
Oleh karena itu, kita harus mengetahui siapakah seseorang yang shalatnya ringkas (pendek) ketika menjadi imam? Jawabnya tidak lain adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana dalam sebuah hadits:
Dari Anas bin Malik berkata,
مَا صَلَّيْتُ وَرَاءَ إِمَامٍ قَطُّ أَخَفَّ صَلَاةً وَلَا أَتَمَّ مِنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَإِنْ كَانَ لَيَسْمَعُ بُكَاءَ الصَّبِيِّ فَيُخَفِّفُ مَخَافَةَ أَنْ تُفْتَنَ أُمُّهُ
“Aku tidak pernah shalat bersama seorang imam pun yang lebih pendek dan lebih sempurna shalatnya daripada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Jika Baginda mendengar tangisan bayi, maka dia akan meringankan shalat kerana takut akan menimbulkan fitnah terhadap ibunya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menunjukkan bahwa yang dicontohkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak hanya memendekkan shalat ketika menjadi imam, tetapi juga menyempurnakannya. Inilah maksud hadits yang diinginkan, karena demikianlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menerangkan sabdanya dengan praktik secara langsung yang dilihat oleh para sahabat setiap hari.
Dalam hal ini, para imam perlu menyadari bahwa shalat yang sempurna ialah shalat yang tidak memberatkan para jama’ah sehingga menarik hati para jemaah untuk terus memakmurkan rumah Allah dengan hati yang tenang, senang dan memudahkan.
‘Umar bin al-Khattab Radhiallahu Anhu juga turut mengingatkan imam agar tidak menimbulkan kemarahan para jamaah. Peringatan ‘Umar ini diriwayatkan oleh al-Bayhaqi dalam al-Sha‘ab dengan isnad yang sahih.
لَا تُبَغِّضُوْا إِلَى اللَّهِ عِبَادَهُ يَكُونُ أَحَدُكُمْ إِمَامًا فَيُطَوِّلُ عَلَى الْقَوْمِ الصَّلَاة  حَتَّى يُبَغِّضَ إِلَيْهِمْ مَا هُمْ فِيْهِ.
Jangan kamu membuat seorang hamba itu marah terhadap Allah dengan sebab tindakan kamu memanjangkan bacaan ketika mengimamkan shalat.”
Masalah memberat dan memanjangkan bacaan ini adalah berlainan situasinya jika shalat dilakukan sendirian. Shalat fardhu/shalat sunnah yang dilaksanakan seorang diri diharuskan untuk memanjang bacaan mengikut kemampuan individu tersebut. Hal ini berdasarkan hadits Abu Hurairah di atas.
- See more at: http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:j__tUN4sPMAJ:darussalam-online.com/perintah-meringankan-shalat-bagi-imam-dan-memperpanjang-rakaat-pertama/+&cd=2&hl=en&ct=clnk&client=firefox-b#sthash.PHBtp2L0.dpuf